Reporter: Yoliawan H | Editor: Tri Adi
KONTAN.CO.ID - Jack Cowin memupuk kekayaan dari kepemilikan saham pada perusahaan makanan cepat satu di bawah naungan Competitive Foods Australian. Perusahaan induk ini membawahi dua portofolio waralaba Burger King dan KFC. Sukses besar berpihak pada Cowin, yang kini telah mendirikan sekitar 400 gerai Hungry Jack's. Hungry Jack tak lain merupakan nama baru dari Burger King dengan areal operasional Australia. Tapi kerjasama waralaba ini sempat bermasalah.
Sebagai imigran, Jack Cowin tak salah memilih Australia sebagai tempat mengadu nasib. Di Negeri Kanguru tersebut, ia sukses membangun kerajaan restoran siap saji melalui waralaba.
Dia mampu mengembangkan dan membesarkan bisnis waralaba KFC dan Burger King di Australia. Berbekal kepemilikan waralaba dua restoran cepat saji tersebut, Cowin mendirikan induk usaha bernama Competitive Foods Australia untuk menaungi bisnis waralaba restoran cepat saji.
Untuk pasar Australia, nama Buger King diubah menjadi Hungry Jack’s yang kini sudah sangat populer. HJ’s, demikian Hungry Jack’s mendapat sebutan akrab dari para konsumennya. Saat ini, Hungry Jack’s memiliki tidak kurang dari 400 gerai yang tersebar diseluruh Australia. Hal tersebut menjadikan Hungry Jack’s menjadi waralaba Buger King terbesar kedua diseluruh dunia.
Ekspansi bisnis restoran cepat saji Cowin sangat agresif. Terbukti dari perluasan gerai yang mencapai negara bagian Victoria. Di Victoria, Cowin mengambil alih kepemilikan restoran cepat saji Wendy’s, dan lantas mengubahnya menjadi Hungry Jack’s.
Berkat aksi ekspansi lewat pembelian Wendy’s, Cowin langsung menggeber dengan membangun 11 cabang Hungry Jack’s pertama di negara bagian tersebut.
Namun seperti kebanyakan pengusaha pada umumnya, bisnis Cowin pun diterpa pasang surut, termasuk kala mengembangkan Hungry Jack’s. Seperti misalnya pada tahun 1991, dia harus berhadapan langsung dengan induk waralaba Burger King di Amerika Serikat (AS) karena tersandung soal perjanjian kerjasama.
Duduk perkara terjadi karena diduga ada pelanggaran dalam perjanjian kerjasama Cowin dengan Burger King. Saat menandatangani perpanjangan lisensi kerjasama, Buger King memberi syarat Hungry Jack’s harus membuka cabang dengan jumlah tertentu dalam satu tahun. Namun pada tahun 1996, Cowin dianggap tak dapat penuhi syarat. Burger King pusat mengancam akan menghapus lisensi yang diberikan kepada Cowin.
Karena kejadian tersebut, Burger King melihat kelemahan Hungry Jack’s. Manajemen Burger King lantas berniat mengambil alih pangsa pasar Australia, dengan mendirikan gerai di luar kesepakatan dengan Cowin. Terlebih lagi kala itu, pasar di Australia sangat menjanjikan.
Mendapat tekanan seperti itu, Cowin tentu tidak tinggal diam. Dia merasa sudah memenuhi syarat dan aturan yang ditetapkan oleh rekan bisnisnya tersebut. Oleh karena itu, Cowin lantas mengajukan tuntutan, karena menilai Burger King sudah bertindak sewenang-wenang.
Pada akhirnya kasus itu dimenangkan Cowin. Pengadilan memutuskan bahwa Cowin yang berhak atas lisensi dan izin operasional waralaba Burger King di Australia. Dari kasus itu, Burger King dijatuhi hukuman membayar denda kepada Hungry Jack senilai US$ 46,9 juta.
Sebagai entitas induk, Competive Food terus berkembang dan sukses mencetak pendapatan senilai US$ 1,38 miliar hingga akhir 2017. Total jumlah pekerja yang bekerja pada bisnis Cowin pun mencapai 16.792 karyawan.
Selain itu, Competitive Foods juga pun mencatatkan penjualan fantastis dan menempatkan Hungry Jack’s masuk urutan keempat dari daftar restoran waralaba terbesar di Australia.
Belum cukup sampai disana, Cowin tercatat juga memiliki sekitar 26% saham Domino Pizza. Dia menyebut, tantangan terbesar kini bukan akan sebesar apa bisnisnya ke depan, namun apakah bisnis yang dijalani saat ini mampu terus tumbuh.
(Bersambung)