Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Hubungan antara dua negara ekonomi terbesar dunia itu memburuk secara dramatis sejak Trump mengumumkan pada 1 Agustus lalu bahwa ia akan mengenakan tarif 10% pada impor barang dari Cina senilai US$ 300 miliar mulai 1 September 2019. Ini mendorong China untuk menghentikan pembelian produk pertanian AS.
Paman Sam pada pekan ini juga menyatakan China sebagai manipulator mata uang setelah China memberi angin yuan turun di bawah 7 terhadap dolar AS.
Baca Juga: Amerika Serikat menuduh China terapkan rezim preman di Hong Kong
Pasa Saham AS jatuh pada Jumat (9/), setelah pernyataan Trump ini. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 90,75 poin atau 0,34% menjadi 26.287,44. Lalu indeks S&P 500 melorot 19,44 poin atau 0,66% ke level 2.918,65.
Elwin de Groot, Kepala Strategi Makro Rabobank mengatakan, ini merupakan minggu yang sangat fluktuatif. "Pandangan pasar adalah bahwa perang perdagangan ini akan diselesaikan, tetapi jelas sekarang pemikirannya adalah bahwa mungkin ini bukan masalahnya dan bisa dipercepat dari sini," ujarnya kepada Reuters.
Dana Moneter Internasional (IMF) menilai pelemahan kurs yuan Tiongkok sebagian besar sejalan dengan fundamental ekonomi China. Tetapi seorang pejabat IMF mengatakan IMF mendorong Cina untuk mengejar nilai tukar yang lebih fleksibel dengan sedikit intervensi.
Baca Juga: Perang dagang, perusahaan China ramai-ramai pindahkan usaha ke Malaysia
Trump sendiri tetap ngotot dengan tuduhannya bahwa China memanipulasi mata uangnya. Ia mengatakan, fakta bahwa China kemudian dapat membendung penurunan yuan adalah bukti manipulasi dan mengimbangi tarif AS pada impor China.