Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - GLOUCESTER. Unit bisnis es krim milik Unilever (ULVR) bersiap melakukan spin-off bernilai miliaran dolar pada bulan depan.
Perusahaan yang akan bernama Magnum Ice Cream Company itu dijadwalkan melantai di Bursa Amsterdam pada 8 Desember 2025, sebuah ujian terhadap minat investor terhadap produk tinggi gula di tengah kampanye “Make America Healthy Again” yang digencarkan Presiden AS Donald Trump.
Magnum memposisikan diri sebagai bisnis yang sepenuhnya fokus pada es krim, mengandalkan daya tarik camilan “indulgent” yang tetap diminati konsumen. Portofolionya meliputi Magnum, Solero, Viennetta, serta Ben & Jerry’s.
“Kami fokus pada es krim, hanya es krim,” ujar Sandeep Desai, Chief Supply Chain Officer Magnum, kepada Reuters menjelang pengumuman investasi sebesar £50 juta (US$66 juta) di pabrik perusahaan di Gloucester, Inggris Barat.
Baca Juga: Unilever Pertimbangkan Jual Marmite dan Bovril demi Fokus pada Bisnis Kecantikan
“Setiap orang bangun dengan pikiran: bagaimana membuat lebih banyak es krim? Bagaimana menjual lebih banyak es krim? Dan fokus seperti itu memberikan hasil yang berbeda,” tambahnya.
Investasi Besar Menuju Peningkatan Kapasitas
Investasi pabrik di Gloucester merupakan bagian dari program €350–€380 juta (US$403–US$438 juta) untuk merombak rantai pasok menjelang pemisahan dari Unilever.
Peningkatan kapasitas diperkirakan terjadi pada 2027, naik 50% dari level 2023. Saat ini, pabrik tersebut memproduksi sekitar 600 juta batang es krim per tahun.
Fokus tunggal pada es krim membuat Magnum lebih terekspos pada fluktuasi harga kakao dan gula, namun Desai menegaskan bahwa strategi tersebut memungkinkan perusahaan menerapkan manajemen risiko dan lindung nilai komoditas yang lebih terarah.
Baca Juga: Shutdown AS Ganggu Rencana Unilever Lepas Bisnis Es Krim Magnum
Dampak Tarif AS Dinilai Terbatas
Magnum sebelumnya memperingatkan bahwa pembatasan perdagangan baru dapat mengganggu rantai pasok dan meningkatkan biaya. Namun, produksi es krim yang dilakukan secara lokal di Amerika Serikat membantu perusahaan mengurangi dampak tarif impor AS.
“Ada sedikit dampak… Ketika orang berbicara mengenai ratusan juta, dampak kami lebih pada belasan juta,” ujar Desai.













