kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis penerbangan anjlok, Malaysia Air dan AirAsia berpeluang merger


Rabu, 22 April 2020 / 18:19 WIB
Bisnis penerbangan anjlok, Malaysia Air dan AirAsia berpeluang merger
ILUSTRASI. Pesawat milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines sesaat sebelum mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Minggu (26/5/2013). Untuk menjadikan Soekarno-Hatta sebagai bandara kelas dunia PT Angkasa Pura (AP) II akan membangun fasilitas baru yaitu sta


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah Malaysia berencana menggabungkan maskapai pelat merah miliknya, Malaysia Airlines Berhad, dengan AirAsia Group Berhad, untuk menyelamatkan kedua maskapai tersebut dari krisis virus corona yang menghantam industri penerbangan.

Dilansir dari Reuters, Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia, Mohamed Azmin Ali, menyatakan bahkan sebelum terjadi pandemi corona di dunia, industri penerbangan Malaysia sudah penuh dengan tantangan. Sehingga wacana untuk mencari mitra bagi Malaysia Airlines sudah muncul sejak tahun lalu.

Baca Juga: AirAsia siap terbang dengan rute domestik, mulai kapan?

“Bahkan sebelum pandemi corona ini terjadi. Diskusi akan berlanjut, kami harus mencari jalan terbaik untuk menyelamatkan dua maskapai itu. Kondisinya saat ini sangat buruk karena pesawat tidak terbang,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Jumat (17/4).

Azmin menambahkan bahwa jalan keluar untuk menyelamatkan industri penerbangan Malaysia, dan kedua maskapai tersebut tidak akan mudah. “Sekarang kondisinya menjadi lebih rumit karena pandemi ini. Kami akan melihat semua opsi yang ada,” ujar dia.

Terkait dengan kemitraan, dia mengungkapkan bahwa sebenarnya pemerintah Malaysia sebelumnya sudah mendapatkan proposal kemitraan dari maskapai internasional untuk Malaysia Airlines, meski tidak menyebutkan secara spesifik nama maskapainya.

Pemerintah Malaysia memang sejak lama telah mencari mitra bagi Malaysia Airlines yang sulit bangkit dari dua tragedi besar pada 2014.

Tragedi yang pertama yaitu misteri hilangnya pesawat MH370 di Samudera India pada 8 Maret 2014. Pesawat tersebut membawa 227 penumpang dan 12 awak.

Baca Juga: Asosiasi maskapai penerbangan di Filipina meminta bantuan pemerintah akibat corona

Tragedi berikutnya yaitu penembakan pesawat dengan nomor penerbangan MH17 di Ukraina Timur, hanya empat bulan berselang dari tragedi MH370, yakni pada 17 Juli 2014. Tragedi ini menewaskan seluruh 283 penumpang dan 15 awak pesawat.

Sumber Reuters menyebutkan bahwa AirAsia dan Japan Airlines Co. Ltd. telah menunjukkan minat untuk membeli saham Malaysia Airlines.

Kemudian pada 2019 Golden Skies Ventures, sebuah perusahaan swasta yang didirikan oleh mantan pegawai Malaysia Airlines dan sejumlah individu lainnya, telah menawarkan US$ 2,5 miliar untuk mengambil alih sepenuhnya kepemilikan dan operasional Malaysia Airlines.

Bahkan Golden Skies berjanji akan segera membalikkan keadaan Malaysia Airlines dan meraih keuntungan dalam waktu dua setengah hingga tiga tahun.

Sementara itu AirAsia pekan lalu mengumumkan bahwa mereka tidak memiliki pendapatan operasional dengan 96% armadanya tidak terbang setelah adanya larangan terbang untuk mencegah penularan virus corona yang lebih luas sejak awal Maret 2020.

Baca Juga: Malaysia melaporkan 130 kasus virus corona baru, tertinggi di Asia Tenggara

Berdasar keterbukaan informasi yang disampaikan Selasa (21/4), AirAsia Indonesia berencana memperpanjang masa penghentian sementara penerbangan rute domestik hingga 18 Mei 2020, bersamaan dengan mulai beroperasinya rute internasional. Adapun rencana awalnya, penghentian sementara dilakukan hingga 21 April 2020.

Adapun rute Surabaya-Bali akan mulai beroperasi mulai 7 Mei. Asal tahu saja, AirAsia telah menghentikan seluruh penerbangannya sejak 1 April 2020.




TERBARU

[X]
×