Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas ekstrem kembali melanda pasar global pada akhir pekan pertama April 2025. Harga Bitcoin (BTC) sempat turun tajam menjadi di bawah US$75.000, menyusul pengumuman tarif besar-besaran oleh Presiden Donald Trump dan meningkatnya kekhawatiran akan resesi global.
Menurut data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView, harga BTC/USD turun sekitar 3% sepanjang pekan, diperdagangkan jauh di bawah level psikologis US$80.000 menjelang penutupan pekan 6 April 2025.
Sementara itu, pasar saham Amerika Serikat mencatat kerugian harian terbesar sejak pandemi COVID-19, dengan S&P 500 dan Nasdaq Composite anjlok hampir 6% pada sesi perdagangan 4 April.
Jim Cramer: “Skenario 1987 Masih di Meja”
Kondisi pasar yang memburuk mendorong sejumlah analis membandingkan situasi ini dengan “Black Monday” Oktober 1987, saat indeks saham Wall Street ambruk lebih dari 22% dalam satu hari.
Baca Juga: Elon Musk Kritik Tarif Global Trump, Serukan Zona Perdagangan Bebas AS-Uni Eropa
Jim Cramer, pembawa acara “Mad Money” CNBC, memperingatkan bahwa upaya cepat membentuk tatanan ekonomi baru di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian perdagangan bisa berakhir kacau.
“Sulit membangun tatanan dunia baru yang lebih lemah secara instan,” tulis Cramer di X. “Masih belum melihat apa pun yang bisa menghindarkan kita dari skenario Oktober 1987. Mereka yang mencoba beli di dasar pasar justru tenggelam.”
Tarif Trump Hanguskan US$8,2 Triliun Nilai Pasar
Langkah Trump yang memberlakukan tarif besar-besaran terhadap seluruh mitra dagang AS telah menghapus US$8,2 triliun nilai pasar saham global, menurut analis Holger Zschaepitz.
“Tarif Trump minggu ini telah menghapus lebih banyak nilai pasar dibanding minggu terburuk krisis keuangan 2008,” tulisnya di X.
Pelemahan ini menyebar luas ke seluruh aset berisiko, dari saham hingga obligasi, dan menciptakan gelombang ketidakpastian yang luar biasa di pasar global.
Bitcoin Jadi Tempat Berlindung?
Di tengah kehancuran pasar, beberapa pengamat kripto melihat potensi kenaikan dramatis Bitcoin dalam waktu dekat. Tokoh Bitcoin kontroversial Max Keiser memproyeksikan bahwa gejolak ekonomi justru bisa menjadi pendorong kuat bagi BTC.
“Krisis gaya 1987 akan mendorong Bitcoin menuju US$220.000 bulan ini karena triliunan dolar kekayaan mencari perlindungan akhir: Bitcoin,” tulis Keiser dalam tanggapan kepada Cramer di X.
Baca Juga: Trump Terancam Dimakzulkan! Ketegangan Politik AS Meningkat
Pernyataan ini memicu debat luas di komunitas kripto, terutama karena Bitcoin menunjukkan ketahanan relatif dibandingkan pasar saham dalam sepekan terakhir.
Trader Optimis: Volatilitas Bitcoin Turun di Saat VIX Melonjak
Beberapa analis dan trader melihat sinyal bahwa Bitcoin tengah bersiap untuk pergerakan besar. Daan Crypto Trades, seorang analis populer, menyoroti fenomena unik:
“Volatilitas $BTC terus menurun, sementara Indeks Volatilitas Saham ($VIX) mencetak level tertinggi sejak krisis COVID 2020. Ini luar biasa langka,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kompresi volatilitas ini kemungkinan akan meledak minggu depan, tergantung pada apakah pasar saham bisa menemukan dasar baru.
Sementara itu, trader Cas Abbe menyatakan bahwa penurunan BTC ke US$76.000 kemungkinan besar adalah “fake breakdown”, mirip dengan pergerakan pasca-ETF pada awal 2024 dan crash bulan Agustus lalu.
“Saya menunggu reclaim mingguan di atas US$92.000 untuk konfirmasi uptrend jangka panjang,” ujarnya.