Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Serbia, satu-satunya negara di Eropa yang menolak memberikan sanksi kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina, setuju untuk memasok senjata ke Kyiv atau telah mengirimkannya, menurut dokumen rahasia Pentagon.
Dokumen tersebut, yang berisi ringkasan tanggapan pemerintah Eropa terhadap permintaan Ukraina untuk pelatihan militer dan bantuan senjata, telah bocor dan diposting online dalam beberapa minggu terakhir, menjadi kebocoran rahasia AS yang paling serius dalam beberapa tahun.
Menteri Pertahanan Serbia, Milos Vucevic, menolak informasi tersebut sebagai "tidak benar" dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Rabu.
Baca Juga: Laporan Anyar: China Kirim Senapan Serbu & Rompi Anti Peluru ke Rusia
Menurut dokumen Pentagon yang berjudul "Eropa|Tanggapan terhadap Konflik Rusia-Ukraina yang Sedang Berlangsung", Serbia menolak memberikan pelatihan kepada pasukan Ukraina, tetapi telah berkomitmen untuk mengirimkan bantuan senjata atau telah melakukannya.
Dokumen tersebut juga menyatakan bahwa Serbia memiliki kemauan politik dan kemampuan militer untuk menyediakan senjata ke Ukraina di masa depan.
Dokumen tersebut ditandai sebagai Rahasia dan NOFORN, yang melarang distribusinya ke dinas intelijen dan militer asing.
Dokumen tersebut bertanggal 2 Maret dan dicap dengan stempel kantor Kepala Staf Gabungan. Reuters tidak dapat memverifikasi keaslian dokumen secara independen.
Menteri Pertahanan Vucevic dalam pernyataannya mengatakan bahwa ada kemungkinan persenjataan dan persenjataan buatan Serbia dapat "muncul secara ajaib" dalam konflik tersebut, tetapi "itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Serbia."
Baca Juga: Antisipasi Ancaman Krisis Pangan Global, Kementan Siapkan Substitusi Gandum
Ia juga menepis dokumen intelijen tersebut, mengatakan bahwa itu adalah pertanyaan bagi negara-negara yang tidak menghormati norma internasional, klausul kontrak, dan praktik bisnis. Serbia dengan tegas mempertahankan kebijakan mereka dan menolak untuk terlibat dalam konflik tersebut.
Kantor Presiden Aleksandar Vucic dan kedutaan Ukraina tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Pentagon juga tidak segera memberikan tanggapan atas pertanyaan Reuters tentang referensi dokumen terhadap Serbia dan sebelumnya telah menolak untuk mengomentari dokumen yang bocor.