Sumber: Reuters | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Boeing sedang dalam tahap awal pengembangan pesawat lorong tunggal baru yang nantinya akan menggantikan 737 MAX, Wall Street Journal melaporkan pada hari Senin, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Awal tahun ini, CEO Kelly Ortberg bertemu dengan pejabat Rolls-Royce Holdings di Inggris untuk membahas mesin baru bagi pesawat tersebut, menurut laporan tersebut.
Produsen pesawat AS tersebut juga telah merancang dek penerbangan untuk pesawat berbadan sempit baru, menurut laporan tersebut, seraya menambahkan bahwa pengembangan masih dalam tahap perencanaan awal, dengan keputusan akhir yang belum diambil.
Produsen pesawat tersebut mengatakan kepada WSJ bahwa rencana pemulihannya tetap berjalan sesuai rencana, dengan prioritas mencakup pengiriman sekitar 6.000 pesawat komersial yang tertunda dan sertifikasi model yang diumumkan sebelumnya.
Baca Juga: Dorong Ekonomi Lokal, Korsel Tawarkan Bebas Visa untuk Rombongan Turis Tiongkok
Reuters tidak dapat segera mengonfirmasi laporan tersebut. Boeing dan Rolls-Royce tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
737 MAX mulai beroperasi pada tahun 2017 tetapi dihentikan operasionalnya secara global pada tahun 2019 setelah dua kecelakaan fatal yang menewaskan 346 orang.
Kedua insiden tersebut memangkas keuntungan Boeing dan memicu tuntutan hukum, investigasi, dan penyelidikan kriminal oleh Departemen Kehakiman AS. Badan Penerbangan Federal (FAA) mencabut perintah penghentian operasional tersebut pada tahun 2020 selama pandemi COVID-19.
Jumat lalu, FAA mengatakan akan mengizinkan produsen pesawat tersebut untuk menerbitkan sertifikat kelaikan udara untuk beberapa jet 737 MAX, mulai minggu ini.
Kewenangan ini telah dicabut pada tahun 2019 setelah kecelakaan fatal kedua yang melibatkan model tersebut di Ethiopia.
Langkah ini diambil di tengah Boeing yang terus menghadapi pengawasan regulasi.
Pada awal 2024, FAA memberlakukan pembatasan produksi sebanyak 38 pesawat 737 MAX per bulan setelah ledakan panel kabin di udara pada jet baru Alaska Airlines, yang kemudian diketahui kehilangan empat baut.
Insiden Alaska Airlines mendorong Departemen Kehakiman AS, di bawah Presiden Joe Biden saat itu, untuk membuka penyelidikan kriminal dan menyatakan bahwa Boeing tidak mematuhi perjanjian penuntutan yang ditangguhkan tahun 2021 yang dibuat setelah perusahaan tersebut menyesatkan FAA selama proses sertifikasi regulasi 737 MAX.
Baca Juga: Vietnam Evakuasi 30.000 Warga Saat Badai Bualoi Menghantam Pesisir