Sumber: CNA | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - HANOI. Pemerintah Vietnam menyatakan telah mengevakuasi hampir 30.000 penduduk dari wilayah pesisir pada Minggu (28/9) ketika Topan Bualoi menghantam wilayah tengah penghasil baja negara itu.
Badai tersebut—badai ke-10 yang melanda Vietnam tahun ini—mendarat setelah pukul 22.00 (23.00 waktu Singapura) dengan kecepatan angin 130 km/jam, menurut Pusat Peringatan Topan Gabungan.
Provinsi dan kota dari Ninh Binh hingga Quang Ngai telah mengevakuasi lebih dari 28.500 orang, dan satu orang meninggal dunia sementara empat lainnya hilang, menurut otoritas penanggulangan bencana dan tanggul Vietnam.
Baca Juga: Saham Sony Financial Melonjak 40% pada Debut Perdagangan di Tokyo
Lebih dari 15.000 penduduk di Ha Tinh—yang dikenal sebagai pusat produksi baja utama—dijadwalkan untuk dievakuasi ke sekolah dan pusat kesehatan yang telah diubah menjadi tempat penampungan sementara, kata pihak berwenang sebelumnya pada hari itu.
Hampir 117.000 personel militer telah dimobilisasi. Empat bandara domestik ditutup dan semua kapal penangkap ikan yang berada di jalur topan telah dipanggil kembali ke pelabuhan.
"Saya merasa sedikit cemas tetapi tetap berharap semuanya akan baik-baik saja setelah topan ini. Kami semua aman setelah topan Kajiki baru-baru ini. Saya berharap topan ini akan sama parahnya atau bahkan lebih ringan," ujar Nguyen Cuong, 29, warga Kota Ha Tinh, kepada AFP.
"Ini adalah badai yang bergerak cepat dengan intensitas yang sangat kuat dan area dampak yang luas, yang mampu menyebabkan kombinasi berbagai jenis bencana alam seperti angin kencang, hujan lebat, banjir, tanah longsor, dan genangan air di pesisir," kata direktur pusat Mai Van Khiem, dikutip media pemerintah.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa badai menjadi lebih kuat seiring dengan pemanasan global akibat dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Di Vietnam, lebih dari 100 orang tewas atau hilang akibat bencana alam dalam tujuh bulan pertama tahun 2025, menurut Kementerian Pertanian.
Vietnam menderita kerugian ekonomi sebesar US$3,3 miliar pada September lalu akibat Topan Yagi, yang melanda wilayah utara negara itu dan menyebabkan ratusan korban jiwa.
Baca Juga: Bursa Australia Naik Senin (29/9) Pagi, Ditopang Bank dan Emas Jelang Keputusan RBA