Sumber: Fox Business | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek pengadaan Air Force One generasi baru yang akan digunakan untuk mengangkut Presiden AS mengalami penundaan signifikan, dengan jadwal pengiriman kini diperkirakan baru akan terealisasi pada tahun 2029 atau lebih lama.
Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat dari Pemerintahan Trump kepada FOX Business. Menurut pihak Boeing, keterlambatan ini disebabkan oleh masalah rantai pasokan global dan perubahan persyaratan proyek yang tidak terduga.
Penyebab Penundaan: Masalah Rantai Pasokan dan Perubahan Proyek
Proyek pengadaan pesawat Air Force One ini dimulai pada tahun 2018 ketika Boeing menerima kontrak senilai US$3,9 miliar untuk membangun dua pesawat 747-8 yang dimodifikasi untuk digunakan sebagai pesawat Air Force One.
Pada awalnya, pesawat ini direncanakan untuk dikirim pada Desember 2024. Namun, penundaan berturut-turut menyebabkan jadwal pengiriman bergeser ke 2027 atau 2028, dan penundaan terbaru kini memperkirakan pengiriman lebih jauh lagi.
Baca Juga: India Perlu Pesan Pesawat Lebih Banyak Jika Ingin Boeing Bangun Pabrik
Pihak Boeing menjelaskan bahwa proyek ini mengalami sejumlah tantangan, mulai dari inflasi, masalah tenaga kerja, hingga masalah rantai pasokan.
Ted Colbert, mantan kepala Boeing Defense, Space & Security, yang telah meninggalkan perusahaan, mengatakan pada bulan Juli bahwa tim Boeing tengah berjuang melalui tantangan besar dalam membangun pesawat ini, yang merupakan versi modifikasi 747 dengan sistem avionik militer, komunikasi canggih, dan sistem pertahanan diri.
Kendala Tenaga Kerja dan Keamanan
Selain masalah teknis, proyek ini juga terhambat oleh keterbatasan tenaga kerja, yang diperburuk dengan tingginya tingkat persaingan di pasar tenaga kerja untuk teknisi pesawat.
Pada tahun 2022, Biro Akuntabilitas Pemerintah (GAO) memperingatkan bahwa program Air Force One bisa mengalami penundaan lebih lanjut akibat kendala dalam mendapatkan izin keamanan yang dibutuhkan untuk pekerja Boeing dan kekurangan pasokan material dari pemasok alternatif yang terlibat dalam pekerjaan interior pesawat.
Pada tahun 2023, masalah lain muncul terkait latar belakang keamanan pekerja Boeing yang terlibat dalam pembuatan pesawat ini. Sebanyak 250 karyawan Boeing yang bekerja pada proyek Air Force One dilaporkan memiliki izin keamanan "Yankee White" yang telah kedaluwarsa selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Meskipun masalah ini tidak mempengaruhi jadwal proyek, Boeing dan Departemen Pertahanan AS melakukan penyelidikan dan akhirnya memulihkan izin keamanan yang diperlukan bagi pekerja yang terdampak.
Desain Air Force One yang Terus Disesuaikan
Selain kendala teknis, ada juga perdebatan mengenai desain pesawat Air Force One. Pada tahun 2023, Pemerintahan Biden memutuskan untuk melanjutkan dengan desain cat yang menyerupai desain klasik Air Force One—putih dengan dua nuansa biru—yang pertama kali diperkenalkan pada masa pemerintahan John F. Kennedy.
Baca Juga: Boeing Catat kerugian US$ 11,8 Miliar, Terbesar Sejak 2020
Keputusan ini membalikkan keputusan yang dibuat oleh Presiden Trump untuk mengganti desain tersebut dengan kombinasi warna merah, putih, dan biru.
Tanggapan Terhadap Penundaan
Steven Cheung, Direktur Komunikasi Gedung Putih, menanggapi penundaan ini dengan nada frustrasi.
Dalam pernyataan kepada FOX Business, ia menyebutkan bahwa penundaan pengiriman Air Force One yang baru sangat "membingungkan" dan mengatakan bahwa Presiden Trump sedang bekerja untuk menemukan cara mempercepat pengiriman pesawat baru yang telah lama dibutuhkan.
Boeing telah kehilangan lebih dari US$2 miliar dalam program ini akibat penundaan, namun mereka terus berupaya mengatasi tantangan yang ada, dengan melakukan investasi signifikan dalam pelatihan tenaga kerja dan peningkatan efisiensi di fasilitas produksi mereka.