Sumber: Reuters | Editor: Dessy Rosalina
WASHINGTON. Pemandangan manusia bolak-balik ke luar angkasa bakal semakin marak. Tengok saja langkah Badan Nasional Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA). NASA mengucurkan dana sebanyak US$ 6,8 miliar untuk mengembangkan taksi luar angkasa. Proyek masa depan NASA ini jatuh ke tangan Boeing dan SpaceX. Kedua perusahaan itu bertugas merakit dan menerbangkan astronot NASA ke luar angkasa.
Rencananya, taksi luar angkasa tidak hanya digunakan NASA. Tetapi, juga terbuka secara komersial bagi turis dan pihak lain yang berminat menjelajahi angkasa. Operator bisnis komersil akan dilakoni Boeing dan SpaceX. Kathy Leuders, Manager Commercial Crew Program NASA mengatakan, proyek taksi luar angkasa akan mengurangi ketergantungan AS terhadap Rusia.
Selama ini, AS memakai kendaraan buatan Rusia untuk bisa terbang ke stasiun luar angkasa (international space station). "Taksi luar angkasa tersebut diperkirakan bisa beroperasi secara komersial pada tahun 2017 mendatang," imbuh Leuders, Selasa, (16/9).
Ketegangan AS-Rusia
Proyek super ini merupakan buntut dari ketegangan politik antara AS dengan Rusia terkait krisis politik di Ukraina. Melalui proyek taksi luar angkasa, NASA berambisi mengakhiri monopoli Rusia di bisnis penerbangan komersial ke luar angkasa.
Sebagai gambaran, NASA membayar sebesar US$ 70 juta kepada Rusia agar bisa menerbangkan astronot ke luar angkasa.
Ketergantungan terhadap transportasi luar angkasa yakni kapsul Russian Soyuz, terjadi saat AS menghentikan pengembangan transportasi luar angkasa pada tahun 2011 lalu. Sejatinya, NASA telah menghabiskan duit sebesar US$ 1,5 miliar sejak tahun 2010 untuk mengembangkan proyek transportasi luar angkasa komersial.
Dalam kontrak NASA tersebut, Boeing meraih dana sebesar US$ 4,2 miliar. Sedangkan, SpaceX mendapat kucuran dana US$ 2,6 miliar. “Ini langkah penting yang akan membuat manusia menjadi spesies multi planet," ujar Elon Musk, Pendiri SpaceX sekaligus Tesla Motors.
Christian Mayes, analis Edward Jones menilai, proyek taksi luar angkasa ini hanya berimbas positif terhadap citra Boeing. "Secara finansial, bisnis luar angkasa Boeing kurang 10% dari pendapatan total," ujar dia. Sebelumnya, Boeing telah mendapatkan kontrak peluncuran roket CST-100. Sementara, SpaceX meraih kontrak US$ 1,3 miliar dari NASA untuk menerbangkan muatan atau kargo ke stasiun luar angkasa.