kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BOJ Tetap Pertahankan Stimulus Besar-besaran, Ini Alasannya


Jumat, 18 Maret 2022 / 09:48 WIB
BOJ Tetap Pertahankan Stimulus Besar-besaran, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bank of Japan (BOJ) akan mempertahankan stimulus besar-besaran dan fokus pada risiko pemulihan ekonomi yang rapuh akibat perang Ukraina. Ini akan menjadikan ekonomi Jepang berada di outlier, di tengah pergeseran pasar global menuju kebijakan moneter yang lebih ketat.

Di sisi lain, inflasi Jepang terlihat mendekati atau bahkan melebihi target 2% dalam beberapa bulan mendatang. Walau begitu, BOJ tidak berminat untuk menarik stimulus karena melihat kenaikan harga didorong oleh lonjakan harga komoditas energi baru-baru ini.

BOJ memandang, hal tersebut hanya berlangsung sementara dan kemungkinan ancaman terhadap ekonomi yang baru saja pulih dari virus Covid-19 masih terjadi.

Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda kemungkinan akan menekankan tekadnya untuk mempertahankan dukungan moneter yang besar sampai kenaikan inflasi disertai dengan pertumbuhan upah yang kuat.

"Saya tidak berpikir Jepang berada dalam kondisi di mana inflasi stabil mencapai 2%, bahkan ketika dampak pemotongan biaya telepon seluler dan harga energi naik lebih jauh," kata Kuroda dikutip dari Reuters, Jumat (18/3).

Baca Juga: Bursa Asia Mixed di Pagi Ini (18/3), Menanti Kebijakan Moneter BOJ

Harga konsumen inti Jepang naik 0,6% secara tahunan (yoy) pada Februari 2022. Ini masih di bawah target BOJ, tetapi menandai laju tercepat dalam dua tahun sebagai tanda meningkatnya tekanan inflasi dari biaya energi yang lebih tinggi.

Pada pertemuan dua hari yang berakhir pada hari Jumat, BOJ secara luas diperkirakan akan mempertahankan target suku bunga jangka pendeknya di -0,1% dan untuk imbal hasil obligasi tenor acuan 10-tahun sekitar 0%.

Sebagai tanda rasa sakit yang ditimbulkan oleh kenaikan biaya bahan bakar pada rumah tangga, data inflasi konsumen menunjukkan tagihan energi dan listrik melonjak sekitar 20% pada Februari dari tingkat tahun sebelumnya, laju tercepat sejak 1981.

Tetapi bank sentral diperkirakan akan mempertahankan proyeksi pemulihan ekonomi moderat, karena pembuat kebijakan lebih memilih untuk menunggu kejelasan lebih lanjut tentang bagaimana perang di Ukraina dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan global.

Baca Juga: BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Gara-Gara Konflik Rusia-Ukraina

Nada dovish BOJ sangat kontras dengan Federal Reserve, yang menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018. Selain itu, bank sentral AS tersebut juga menyusun rencana pengetatan agresif untuk memerangi lonjakan inflasi.

Bank of England (BOE) mengikutinya dengan pertemuan kenaikan suku bunga ketiga berturut-turut untuk menghentikan inflasi yang meningkat cepat menjadi mengakar.




TERBARU

[X]
×