Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Sementara penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, menyebut spekulasi tentang resesi sebagai “konyol,” Hassett menyatakan bahwa Trump terus berdiskusi dengan para pemimpin dunia untuk mencari kesepakatan yang menguntungkan bagi industri dan petani AS.
“Trump menggandakan kebijakan yang ia yakini berhasil, tetapi ia juga siap mendengarkan mitra dagang jika ada tawaran kesepakatan yang benar-benar baik,” ujar Hassett dalam wawancara dengan Fox News.
Kebijakan tarif ini telah menuai kecaman dari berbagai negara dan memicu tarif balasan dari China, yang menyebut tindakan Trump sebagai bentuk “perundungan ekonomi.”
Saham di China daratan dan Hong Kong anjlok pada Senin, sementara dana kedaulatan China turun tangan untuk menstabilkan pasar. Saham di Taiwan juga mengalami penurunan hampir 10%, yang merupakan penurunan satu hari terbesar dalam sejarah.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat ke Rp 16.328 Per Dolar AS pada Selasa (21/1) Pagi
Di AS, peringatan atas dampak tarif juga disampaikan oleh pemimpin Wall Street.
CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memperingatkan dampak jangka panjang yang merugikan, sementara manajer dana Bill Ackman menyebut tarif ini berpotensi memicu “musim dingin nuklir ekonomi.”
Elon Musk turut angkat bicara dengan membagikan video ekonom Milton Friedman yang memuji perdagangan bebas.
Tarif: Taktik atau Rezim Baru?
Investor dan pemimpin dunia masih mempertanyakan apakah tarif Trump merupakan kebijakan permanen atau sekadar taktik negosiasi untuk memperoleh konsesi dari negara lain.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan kesiapan UE untuk bernegosiasi dengan AS.\
“Kami telah menawarkan tarif nol-untuk-nol untuk barang-barang industri, seperti yang telah berhasil kami terapkan dengan mitra dagang lainnya,” ujarnya.
Namun, beberapa negara Eropa khawatir bahwa respons terlalu keras dapat memicu pembalasan lebih lanjut dari AS, yang dapat berdampak buruk bagi eksportir Eropa, termasuk industri minuman Prancis dan Italia serta produsen mobil Jerman.
Baca Juga: Cek Proyeksi Bursa Asia untuk Selasa (28/1), Usai Ditutup Beragam
Dampak tarif ini telah dirasakan oleh perusahaan-perusahaan global. Volkswagen menahan pengiriman mobil ke pelabuhan-pelabuhan AS setelah tarif baru sebesar 25% diberlakukan, sementara pemasok suku cadang Howmet Aerospace mempertimbangkan penghentian beberapa pengiriman karena dampak tarif tersebut.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, sekutu utama AS di Asia, melakukan panggilan telepon dengan Trump untuk mendorong perundingan dan berencana mengunjungi Washington dalam waktu dekat.
Investor kini memperkirakan meningkatnya risiko resesi dapat mendorong Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga, kemungkinan secepatnya pada bulan depan. Namun, Ketua Fed Jerome Powell hingga kini masih menegaskan bahwa ia tidak akan terburu-buru mengambil langkah tersebut.
Baca Juga: Bursa Asia Menguat pada Perdagangan Senin (2/12) Pagi
Di Asia, beberapa negara mulai mencari cara untuk menghindari dampak tarif. Presiden Taiwan Lai Ching-te menawarkan tarif nol sebagai dasar negosiasi dengan AS, sementara seorang pejabat pemerintah India menyatakan bahwa Delhi tidak berencana membalas tarif AS dengan langkah serupa.