kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.123.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.630   6,00   0,04%
  • IDX 8.034   -16,78   -0,21%
  • KOMPAS100 1.119   -4,16   -0,37%
  • LQ45 805   -4,62   -0,57%
  • ISSI 279   0,20   0,07%
  • IDX30 422   -0,75   -0,18%
  • IDXHIDIV20 483   -2,64   -0,54%
  • IDX80 123   -0,45   -0,36%
  • IDXV30 132   -0,33   -0,25%
  • IDXQ30 134   -0,84   -0,63%

Bursa Asia Hati-hati Senin (22/9), di Tengah Ketidakpastian Visa H-1B


Senin, 22 September 2025 / 09:29 WIB
Bursa Asia Hati-hati Senin (22/9), di Tengah Ketidakpastian Visa H-1B
ILUSTRASI. Saham-saham Asia bergerak tipis naik dan dolar AS relatif stabil pada Senin (22/9/2025), saat para pelaku pasar memperhatikan arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) setelah pemotongan suku bunga Federal Reserve pekan lalu.. REUTERS/Kim Kyung-Hoon


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Saham-saham Asia bergerak tipis naik dan dolar AS relatif stabil pada Senin (22/9/2025), saat para pelaku pasar memperhatikan arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) setelah pemotongan suku bunga Federal Reserve pekan lalu.

Sementara ketegangan terkait visa pekerja H-1B dari Presiden Donald Trump menahan sentimen investor.

Baca Juga: Filipina Hentikan Aktivitas dan Sekolah, Topan Super Ragasa Menuju Luzon

Fokus pasar kali ini tertuju pada saham India dan sektor teknologi setelah pemerintah Trump pada Jumat lalu mengumumkan rencana meminta perusahaan membayar US$100.000 per tahun untuk setiap visa H-1B baru.

Langkah ini menjadi pukulan bagi sektor teknologi yang bergantung pada pekerja terampil dari India dan China.

Futures saham AS melemah sedikit pada perdagangan awal, dengan futures S&P turun 0,1%.

Indeks MSCI Asia-Pasifik (di luar Jepang) naik tipis 0,09%, sementara indeks Nikkei Tokyo naik 1% setelah jatuh pada Jumat lalu.

Sektor teknologi informasi India senilai US$283 miliar, yang memperoleh lebih dari setengah pendapatannya dari AS, diperkirakan akan merasakan tekanan jangka pendek akibat memburuknya hubungan antara India dan Amerika Serikat.

“Ini adalah risiko terhadap biaya operasional dan margin. Jelas, ini bisa menaikkan upah dan biaya tenaga kerja,” kata Kyle Rodda, analis senior di Capital.com.

“Perusahaan teknologi juga bisa berada dalam dilema jika menghadapi sanksi saat mempekerjakan tenaga kerja luar negeri karena kekurangan pekerja di AS.”

Baca Juga: Harga BBM Malaysia Turun! RON95 Kini Cuma Sekitar Rp 7.876

Di sisi makroekonomi, para investor tetap mengamati arah kebijakan moneter AS setelah The Fed memangkas suku bunga pekan lalu, meskipun bank sentral memberi sinyal fase pelonggaran secara bertahap di masa depan.

Sejumlah pejabat Fed dijadwalkan berbicara sepanjang minggu ini, sementara data inflasi inti yang menjadi indikator pilihan Fed akan dirilis Jumat nanti, membantu menentukan ekspektasi suku bunga jangka pendek.

Ekspektasi menunjukkan indeks harga inti PCE naik 0,2% secara bulanan, yang menjaga laju tahunan tetap di 2,9% sama seperti Juli dan di atas titik terendah 2,6% pada April, menurut Tony Sycamore, analis pasar di IG.

Para pedagang memproyeksikan pelonggaran sebesar 44 basis poin hingga akhir tahun.

Kondisi ini membuat dolar AS berada pada tren menguat sementara. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan AS terhadap enam mata uang utama lain, berada di 97,716.

“Trajektori dolar tidak jelas, dan posisi greenback dalam jangka pendek masih diperdebatkan. Harga dolar positif pekan lalu bisa terus berlanjut,” kata Chris Weston, kepala riset di Pepperstone.

“Dengan pasokan obligasi Treasury yang besar minggu ini dan sederet pidato pejabat Fed, imbal hasil Treasury bisa mendorong aliran dolar.”

Baca Juga: Panik Pemegang Visa H-1B: Pekerja Asing Berbondong-bondong Kembali ke AS

Yen Jepang sedikit melemah di 148,20 per dolar AS setelah menguat pada Jumat, menyusul keputusan Bank of Japan yang lebih hawkish di mana dua anggota dewan menentang tetap mempertahankan suku bunga.

Bank sentral mempertahankan suku bunga jangka pendek di 0,5%, meski dua anggota dewan, Hajime Takata dan Naoki Tamura, mengusulkan kenaikan menjadi 0,75% yang tidak disetujui. Pasar menilai langkah ini sebagai indikasi potensi kenaikan suku bunga jangka pendek.

Vasu Menon, direktur strategi investasi di OCBC Bank, mengatakan keputusan Jumat lalu dipandang pasar sebagai sinyal bahwa bank sentral Jepang mulai bergerak hawkish secara bertahap.

Hal ini meningkatkan “ekspektasi kenaikan suku bunga di masa depan, potensi imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB) lebih tinggi, dan yen lebih kuat, yang mungkin bukan berita terbaik bagi saham dan obligasi Jepang dalam jangka pendek,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Emas Bertahan Dekat Rekor Senin (22/9) Pagi, Pasar Tunggu Sinyal The Fed

Di pasar komoditas, harga minyak sedikit menguat pada perdagangan awal, dengan kontrak berjangka Brent naik 0,3% menjadi US$66,89 per barel. Kontrak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,35% menjadi US$62,9 per barel.

Harga emas juga naik 0,24% menjadi US$3.692,79 per troi ons, mendekati rekor tertinggi yang dicapai pekan lalu.

Selanjutnya: Infinix Smart 8 Lengkapi Kamera Utamanya dengan Ring Flashlight! Canggih Banget!

Menarik Dibaca: Infinix Smart 8 Lengkapi Kamera Utamanya dengan Ring Flashlight! Canggih Banget!




TERBARU

[X]
×