Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia dibuka menguat pada awal pekan ini Senin (20/10/2025), didorong oleh optimisme terhadap musim laporan keuangan kuartal ketiga serta ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan dengan kenaikan 1,5% setelah kabar bahwa Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Japan Innovation Party sepakat membentuk pemerintahan koalisi.
Baca Juga: Israel Lanjutkan Gencatan Senjata, 26 Warga Gaza Tewas dalam Serangan Balasan
Kesepakatan ini membuka jalan bagi Sanae Takaichi untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang.
Analis menilai, Takaichi yang dikenal pro-stimulus dan menolak kenaikan suku bunga diperkirakan akan memperkuat sentimen positif di pasar saham Jepang, meski berpotensi melemahkan yen dan menekan pasar obligasi.
Indeks saham Korea Selatan juga naik 0,6%, sedangkan MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat tipis 0,1%.
Untuk pasar AS, kontrak berjangka S&P 500 bergerak stabil, sementara Nasdaq berjangka naik 0,1% menjelang rilis laporan keuangan sejumlah emiten besar.
Baca Juga: Yen Melemah Seiring Takaichi Dipastikan Jadi PM Jepang, Dolar Australia Menguat
Optimisme Laporan Keuangan Dorong Sentimen
Investor kini menanti laporan keuangan dari sejumlah perusahaan besar seperti Tesla, Ford, General Motors, Netflix, Procter & Gamble, Coca-Cola, IBM, hingga Intel.
Di Eropa, SAP dan beberapa bank besar Inggris juga dijadwalkan merilis kinerjanya pekan ini.
Data LSEG IBES menunjukkan laba perusahaan anggota S&P 500 pada kuartal III-2025 diperkirakan tumbuh 8,8% secara tahunan.
Kinerja positif tersebut dinilai penting untuk menopang valuasi tinggi di pasar saham AS.
Baca Juga: Messi Pegang Rekor, Ini Daftar Pemain Terbanyak Tampil di Piala Dunia
Ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) turut menjadi pendorong utama pergerakan pasar.
Futures menunjukkan peluang penuh pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed akhir bulan ini, serta satu kali lagi pada Desember. Suku bunga acuan AS diperkirakan turun hingga 3% pada pertengahan 2026.
"Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan pentingnya tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja dalam kebijakan bank sentral.
Hal ini menguatkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga dalam waktu dekat," ujar Michael Feroli, Kepala Ekonom AS di JPMorgan.
Yen Melemah, Emas Tetap Diminati
Di pasar valas, dolar AS menguat 0,2% ke posisi ¥150,92, sementara euro naik tipis ke US$1,1656.
Investor kini menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan pada Oktober menjadi hanya 22%, dengan peluang pergerakan pada Desember sebesar 50%.
Sementara itu, harga emas bertahan tinggi di level US$4.245 per ons troi setelah melompat hampir 6% pekan lalu ke rekor US$4.378.
Baca Juga: 3 Tas Mewah Ini Bisa Jadi Tambang Emas, Nilainya Naik Terus
Analis Amundi Investment Institute, Lorenzo Portelli, memperkirakan harga emas berpotensi mencapai US$5.000 per ons pada 2028 karena meningkatnya permintaan dari investor dan bank sentral.
Di pasar minyak, harga Brent stabil di US$61,28 per barel, sedangkan minyak mentah WTI bertahan di US$57,57 per barel, tertekan oleh pasokan global yang masih melimpah seiring kebijakan OPEC+ yang terus menambah produksi.
Data Ekonomi China Jadi Sorotan
Investor juga menunggu rilis data ekonomi China, termasuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III yang diperkirakan melambat ke 4,8%.
Angka penjualan ritel dan output industri juga akan menjadi acuan untuk menilai efektivitas kebijakan stimulus pemerintah negeri tirai bambu.
“Jika data menunjukkan perlambatan lebih tajam, kemungkinan besar pemerintah China akan meningkatkan stimulus fiskal maupun moneter,” tulis riset Capital.com.