Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Saham-saham di China ditutup mendekati level tertinggi dalam 3,5 tahun pada Senin (21/7), didorong oleh sektor konstruksi dan rare earth (logam tanah jarang).
Sementara itu, indeks saham Hong Kong menguat seiring kenaikan saham-saham teknologi besar setelah pemerintah turun tangan terkait perang harga.
Indeks Shanghai Composite naik 0,7% menjadi 3.559,79, level penutupan tertinggi sejak Januari 2022. Indeks blue-chip CSI300 juga menguat 0,7%.
Baca Juga: Banjir dan Longsor Ancam China Selatan Usai Topan Wipha Terjang Hong Kong
Kenaikan tertinggi tercatat pada indeks CSI Konstruksi & Rekayasa, yang melonjak 4,3% ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Lonjakan ini terjadi setelah China memulai pembangunan bendungan tenaga air senilai US$170 miliar di wilayah Tibet.
"Proyek ini memiliki dampak makroekonomi dan dapat meningkatkan permintaan, sekaligus meredakan kekhawatiran terkait pertumbuhan dan pasar tenaga kerja secara marginal," tulis analis Citi dalam catatannya.
Sektor rare earth juga ikut menguat 3,2% setelah laporan eksklusif Reuters menyebutkan bahwa Beijing diam-diam telah mengeluarkan kuota penambangan dan peleburan rare earth pertama untuk tahun 2025.
Di pasar Hong Kong, indeks Hang Seng naik 0,7% setelah sempat menembus level 25.000 untuk pertama kalinya sejak Februari 2022.
Baca Juga: Ekspor Magnet Tanah Jarang China ke AS Melejit 660% Usai Kesepakatan Dagang
Saham-saham perusahaan platform digital seperti Meituan, JD.com, dan Alibaba masing-masing menguat antara 1,8% hingga 2,7% setelah pemerintah China memanggil ketiganya dan meminta mereka menghentikan perang harga yang kian merugikan industri. Langkah ini dipandang investor sebagai bagian dari kampanye “anti-involusi”.
“Katalis positif dari kebijakan anti-involusi dan kekuatan sektor teknologi telah meningkatkan sentimen pasar. Ditambah dengan fondasi ekonomi yang solid, hal ini menjadi pendorong reli pasar yang mengejutkan dari segi timing namun masuk akal secara fundamental,” kata Huatai Securities.
Ke depan, para pembuat kebijakan China diperkirakan akan menggelar rapat Politbiro bulan Juli dalam beberapa hari mendatang guna membahas arah kebijakan ekonomi untuk paruh kedua tahun ini.
Baca Juga: China Mulai Pembangunan Bendungan Tenaga Air Terbesar di Dunia di Tibet
Analis dari Goldman Sachs mengatakan bahwa mereka tidak mengharapkan stimulus besar-besaran dalam waktu dekat, namun memperkirakan adanya kelanjutan komitmen kebijakan untuk mengatur persaingan harga yang tidak sehat dan menahan gejala involusi.