Sumber: money.cnn | Editor: Dupla Kartini
LONDON. Pemerintah Inggris berupaya mencegah investor hengkang dari dalam negeri, setelah keputusan Inggris Raya keluar dari Uni Eropa. Salah satunya dengan memangkas pungutan pajak bagi perusahaan.
Menteri Keuangan Inggris Raya George Osborne berjanji akan memotong pajak untuk perusahaan menjadi di bawah 15% dari saat ini sebesar 20%. "Ini untuk menunjukkan Inggris masih 'terbuka untuk bisnis'," kata Osborne seperti dilansir CNNMoney, Senin (4/7).
Belakangan ini, sejumlah perusahaan memang tengah mempertimbangkan untuk memindahkan operasional mereka dari Inggris. Hal itu memicu ketidakpastian bagi perekonomian dan mengacaukan rencana keuangan pemerintah Inggris.
Sebut saja, raksasa telekomunikasi Vodafone yang berencana memindahkan kantor pusatnya ke luar negeri karena ketidakpastian atas masa depan hubungan dengan Eropa. Selain itu, perusahaan real estate, Richard Branson telah membatalkan kesepakatan investasi berskala besar.
Pekan lalu, Osborne pun terpaksa melepaskan target awal yang ingin menghasilkan surplus anggaran pada tahun 2020. "Hasil referendum sepertinya akan menyebabkan kejutan negatif yang signifikan bagi perekonomian Inggris. Bagaimana kita meresponsnya akan menentukan dampaknya pada pekerjaan warga dan pertumbuhan ekonomi," katanya, Jumat (1/7).
Bagaimanapun, pemotongan pajak perusahaan dapat menambah ketegangan dengan negara-negara Eropa. Hal itu juga bisa memicu protes di Inggris, di mana selama ini kritik telah mencuat terkait jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan global skala besar seperti Google.
Sebelumnya, jelang referendum, Osborne telah memperingatkan, jika Inggris keluar dari Uni Eropa, akan membutuhkan anggaran darurat sekitar £ 30 miliar (US$ 39,9 miliar) per tahun untuk menutupi lubang anggaran. Dana darurat bakal ditarik dari kenaikan pajak dan pemotongan belanja.
Sementara, Theresa May, kandidat pengganti Perdana Menteri David Cameron mengatakan, pemerintah harus meminjam lebih banyak lagi untuk menghindari kenaikan pajak. Seperti diketahui, Cameron memutuskan untuk mengundurkan diri pada Oktober mendatang seiring hasil voting yang memenangkan Brexit (British Exit).
Dengan kekacauan politik di Inggris, belum jelas pula apa yang akan terjadi dengan Osborne. Asal tahu saja, dia salah satu pejabat yang kontra Brexit.