Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - CEO Best Buy, Corie Barry, mengaku resah melihat kesenjangan daya beli masyarakat Amerika Serikat (AS) yang kian melebar antara kelompok kaya dan berpenghasilan rendah.
Ia menyebut kondisi itu sebagai salah satu hal yang paling membuatnya sulit tidur di malam hari.
Berbeda dengan merek barang mewah seperti Cartier atau Louis Vuitton yang menargetkan konsumen kelas atas, Best Buy harus menarik minat pembeli dari berbagai lapisan ekonomi.
Namun, perubahan pola belanja pascapandemi membuat perusahaan ritel elektronik ini menghadapi tantangan besar.
Baca Juga: Rojali dan Rohana Merebak, Cermin Daya Beli Turun atau Tren Belanja Baru?
“Kami melihat perbedaan yang semakin lebar antara konsumen berpenghasilan tinggi dan rendah,” kata Barry dalam acara Fortune Most Powerful Women Summit di Washington D.C.
“Kalau saya bisa jujur, hal inilah yang membuat saya terjaga di malam hari.”
Barry menjelaskan, sekitar 60% produk domestik bruto (PDB) AS kini ditopang oleh konsumsi kelompok masyarakat paling kaya, dua kali lipat dibanding sebelum pandemi COVID-19.
“Sekilas tampak bahwa pasar masih kuat, tapi sebenarnya ada masalah besar, karena konsumen berpendapatan rendah sedang berjuang,” ujarnya.
Mereka, lanjut Barry, kesulitan menghadapi inflasi, biaya perumahan yang tinggi, serta meningkatnya kredit macet.
Baca Juga: Ekonom Perkirakan Konsumsi Rumah Tangga dan Daya Beli di Kuartal II-2025 Stagnan
Menurutnya, ketergantungan ekonomi pada kelompok kecil orang kaya berisiko bagi kesehatan ekonomi jangka panjang.
“Setiap kali ekonomi bergantung terlalu besar pada segelintir orang, itu pertanda buruk untuk masa depan,” tegas Barry.
Untuk mengimbangi kondisi tersebut, Best Buy berupaya memperluas ragam produknya agar tetap terjangkau oleh berbagai kalangan.
“Kami ingin memastikan setiap konsumen bisa menemukan sesuatu di Best Buy, bukan malah berkata, ‘Saya tidak mampu membeli apa pun,’” tutur Barry.
Namun, upaya itu tidak mudah. Kebijakan tarif impor yang diberlakukan sejak era pemerintahan Donald Trump membuat biaya pengadaan barang semakin mahal. Dengan kurang dari 10% perangkat elektronik dunia diproduksi di AS, Best Buy menjadi salah satu peritel yang paling terdampak.
Baca Juga: Menakar Strategi Pemerintah untuk Dongkrak Daya Beli Jelang Tutup Tahun
Barry menyebut, pada awal tahun, sekitar 55% produk yang dijual Best Buy berasal dari China. Kini, angka itu telah turun menjadi sekitar 35%, dengan porsi produksi yang lebih besar dialihkan ke Meksiko dan Amerika Serikat.
Pengalaman menghadapi pandemi juga menjadi pelajaran penting bagi Barry dalam memimpin 85.000 karyawan Best Buy.
Ia menekankan pentingnya bersikap jujur dan terbuka kepada pegawai, terutama saat menghadapi situasi global yang tidak menentu.
“Mereka tidak bisa terus-menerus khawatir terhadap dinamika kebijakan geopolitik,” ujarnya.
“Tapi di saat yang sama, mereka berhak tahu alasan di balik setiap keputusan yang kami ambil. Karena itu, kami selalu berusaha untuk sangat transparan.”