Sumber: Reuters | Editor: Putri Werdiningsih
Menurut sumber Reuters yang mengetahui hal ini, Chevron juga tengah mengukur minat untuk penjualan aset-aset lain di Asia, termasuk terminal dan fasilitas penyimpanan bahan bakar di Australia dan Filipina. Potensi penjualan ini muncul ketika Chevron melakukan restrukturisasi secara global untuk merampingkan operasi dan mengurangi biaya. Hal tersebut berpotensi memberhentikan hingga 20% tenaga kerjanya pada akhir tahun depan.
Baca Juga: Chevron Berpeluang Kembali Berinvestasi di Indonesia
Masih menurut sumber tersebut, sekarang Chevron telah menunjuk Morgan Stanley untuk menjajaki penjualan kilang SRC di Singapura dan aset-aset di Asia lainnya. Namun, Morgan Stanley menolak berkomentar ketika dikonfirmasi.
PetroChina, yang memiliki 50% saham SRC lainnya melalui unit unit Singapore Petroleum Co Ltd, memiliki hak pertama untuk menolak membeli saham Chevron.
"Chevron tidak mengomentari masalah komersial sebagai masalah komersial sebagai bagian dari kebijakan yang sudah berlangsung lama," kata seorang juru bicara Chevron.
Baca Juga: SKK Migas Tawarkan Chevron Blok Migas di Bali dan Indonesia Timur
Sedangkan PetroChina tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Adapun perusahaan-perusahaan yang yang diundang untuk meninjau saham kilang itu salah satunya perusahaan perdagangan global Glencore. Pembeli diminta untuk mengajukan penawaran yang tidak mengikat pada bulan Juli, kata tiga sumber tersebut.Sayangnya, Glencore tidak mengomentari rumor atau spekulasi pasar.
Sebelumnya pada April lalu, Shell juga telah menyelesaikan penjualan fasilitasnya di Pulau Bukom dan Jurong, Singapura, kepada perusahaan patungan Chandra Asri-Glencore. Aksi korporasi tersebut mengakhiri operasi yang telah berlangsung sejak 1961.