Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China menyetujui untuk meningkatkan investasi lebih dari dua kali lipat ke proyeksi investasi aset tetap sebagai upaya untuk mendukung perkembangan ekonomi yang tengah melambat selama tiga dekade.
Dilansir dari Reuters, Senin (21/10), Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) menyetujui nilai investasi sebesar 177,8 miliar yuan atau setara US$ 25,15 miliar ke proyek aset tetap pada September 2019 lalu. Juru Bicara NDRC Yuan Da mengatakan bahwa China akan berinvestasi khususnya di sektor transportasi.
Baca Juga: Kalahkan AS, China dominasi startup dengan status unicorn di dunia
Nilai investasi jauh lebih tinggi dari persetujuan Agustus lalu dengan proyek senilai 68,9 miliar yuan. Sementara itu, Jumat (18/10), China melaporkan pertumbuhan produk domestik bruto di kuartal ketiga mencapai 6,0%.
Hal ini menandai hilangnya momentum lebih lanjut untuk ekonomi di kuartal kedua dan berada di bawah batas target pemerintah antara 6,0% hingga 6,5% untuk setahun penuh.
Nilai September juga merupakan yang tertinggi sejak April, data resmi menunjukkan. Pada kuartal ketiga, NDRC telah menyetujui 35 proyek senilai 317,2 miliar yuan.
Yuan Da dari NDRC mengatakan dapat menerima bahwa pertumbuhan China sedikit lebih lambat.
"Ketika ekonomi Tiongkok bergeser dari tahap pertumbuhan berkecepatan tinggi ke tahap berkualitas tinggi, selama pekerjaan meningkat, pendapatan meningkat dan kualitas lingkungan meningkat dan efisiensi ekonomi meningkat, dapat diterima bahwa pertumbuhan ekonomi sedikit lebih rendah atau lebih tinggi," kata Yuan.
Baca Juga: Temasek siap caplok saham Keppel
Sejauh ini, persetujuan yang dipercepat tahun ini telah gagal memberikan dorongan besar untuk pertumbuhan investasi secara aktual. Investasi aset tetap hanya tumbuh 5,4% dari Januari-September atau melambat dari 5,5% dalam delapan bulan pertama.
Banyak pemerintah daerah menghadapi tekanan fiskal yang meningkat ketika pemotongan pajak dan perlambatan ekonomi yang lebih luas mengurangi pendapatan mereka. Hal ini menghambat kemampuan mereka untuk melanjutkan proyek-proyek infrastruktur besar yang Beijing harapkan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan.