Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Kebijakan satu keluarga satu anak yang diterapkan di China dihapus pada 2015 lalu. Sekarang, pemerintah China mempertimbangkan untuk menggelontorkan subsidi bagi pasangan yang mau memiliki anak kedua untuk mendongkrak angka kelahiran di Negeri Panda itu.
Berdasarkan laporan China Daily yang mengutip Wang Peian, vice minister of the National Health and Family Planning Commission, pemerintah mempertimbangkan reward dan subsidi atas kelahiran bayi. Kebijakan ini bertujuan mendorong pasangan di China untuk memiliki anak lagi.
Insentif tersebut, jika disetujui, akan menunjukkan perubahan fundamental yang signifikan Partai Komunis dalam pendekatan terhadap perencanaan keluarga. Yakni dari membatasi angka kelahiran menjadi mendorong angka kelahiran.
Setelah beberapa dekade memberikan pinalti kepada keluarga yang memiliki anak lebih dari satu, sekarang China menghadapi hangover dari kebijakan satu anak yang diterapkan pada akhir 1970an.
Menurut Wang, kebijakan "bonus bayi" tidak akan mudah karena harus diterapkan di seluruh daratan China. Otoritas pemerintah yang menangani populasi tidak bisa menangani kebijakan itu sendirian, karena membutuhkan konsensus dan kerjasama dengan seluruh otoritas berwenang.
Di sisi lain, subsidi dari pemerintah ini bisa jadi tidak efektif. Pasalnya, di Singapura, tingkat kesuksesannya sangat kecil. Menurut Chen Xingdong, chief China economist BNP Paribas SA di Beijing, hal ini dikarenakan masyarakat cenderung ingin memiliki anak yang lebih sedikit saat mereka lebih kaya dan lebih berpendidikan.
"Mindset warga negara saat ini berubah dari mengontrol kelahiran menjadi kecemasan mengenai rendahnya angka kelahiran. Namun, banyak orangtua yang masih menolak untuk menambah anak meski pemerintah sudah mendorong mereka untuk melakukannya," kata Chen.
Data Badan Statistik China menunjukkan, tingkat kelahiran di China pada tahun lalu mencapai 17,86 juta pada tahun lalu. Naik 1,3 juta bayi dari posisi 2015.
Jika kebijakan ini diberlakukan, targetnya adalah angka kelahiran bisa bertambah 17 juta bayi di 2020, sehingga angkatan kerja muda bertambah 30 juta orang di 2050. Peningkatan angkatan kerja dapat mendongkrak potensi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5%.