Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China mengejutkan pasar minyak dengan ancaman untuk memungut tarif atas impor minyak mentah AS, gas alam dan produk energi lainnya pada hari Jumat (15/6), sama seperti China telah naik ke puncak daftar importir minyak dari Amerika Serikat.
China menanggapi US$ 50 miliar tarif yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump dengan nilai retribusi yang sama terhadap berbagai barang asal AS. Yang tidak terduga China juga mengatakan akan memberlakukan tarif pada produk-produk energi AS. Ini mengejutkan para analis karena ancaman tarif sebelumnya berpusat pada barang-barang pertanian dan mobil.
"Ini adalah masalah besar. China pada dasarnya adalah pelanggan terbesar minyak mentah AS sekarang. Ini jelas merupakan perkembangan besar," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData, kepada Reuters.
Saat ini China mengimpor sekitar 363.000 barel minyak mentah AS per hari, setara dengan Kanada sebagai importir minyak mentah terbesar AS, menurut data Departemen Energi AS. Belum lagi tambahan 200.000 barel per hari (bpd) dari produk lain seperti propana.
Industri energi AS telah didukung oleh produksi dari ladang minyak shale telah meningkatkan produksi minyak harian secara keseluruhan hingga mencapai rekor 10,9 juta barel per hari (bph). Dari itu, Amerika Serikat sekarang mengekspor sekitar 2 juta bph. Bahkan Trump telah menyatakan dominasi dalam produksi energi dan ekspor sebagai kunci pengaruh global Amerika.
Amerika Serikat juga telah mendesak negara-negara lain, termasuk China, untuk membeli lebih banyak energi AS dan membatasi pembelian minyak mentah Iran setelah Trump menarik diri dari perjanjian senjata nuklir tahun 2015 dengan Teheran. China adalah pembeli terbesar minyak Iran, membeli 650.000 barel per hari pada kuartal pertama 2018, dan tidak jelas apakah berencana untuk mengurangi pembelian tersebut.
China juga merupakan importir utama produk lain seperti propana, dan tarif akan meningkatkan harga untuk itu dan beberapa produk minyak lainnya, kata Bernadette Johnson, wakil presiden di Drillinginfo di Denver. Dia juga mengatakan penjual gas alam cair (LNG), yang juga muncul sebagai ekspor AS ke China, telah khawatir tentang tarif.