Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China pada hari Jumat (24/2) merilis proposal berisi 12 poin agar konflik antara Rusia dan Ukraina diakhiri. Salah satu poin utamanya adalah melakukan gencatan senjata secepat mungkin.
Proposal yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri China itu juga mendesak agar sanksi Barat terhadap Rusia segera dihentikan, menyusun cara untuk mengamankan fasilitas nuklir, membentuk koridor kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil, serta memulihkan jalur ekspor biji-bijian.
Sejauh ini China mengklaim ada di posisi netral dalam memandang perang di Ukraina. Di sisi lain, China memiliki hubungan yang sangat erat dengan Rusia dan masih menolak untuk mengkritik invasinya ke Ukraina.
China juga berulang kali mengkritik Barat karena dianggap sebagai provokator perang di Ukraina. Bagi China, pengiriman bantuan senjata Barat ke Ukraina juga jadi salah satu penyebab perang terus berkobar.
Baca Juga: China Mengaku Terganggu dengan Upaya Penguatan Militer Jepang
Melihat posisi China itu, banyak yang ragu apakah proposal berisi 12 poin mereka akan benar-benar diupayakan atau apakah China akan benar-benar bersikap netral dalam penerapannya.
Sebelum proposal dirilis, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebutnya sebagai langkah pertama yang penting.
"Saya pikir, fakta bahwa China mulai berbicara tentang perdamaian di Ukraina, menurut saya itu tidak buruk. Penting bagi kami bahwa semua negara berada di pihak kami, di pihak keadilan," katanya pada konferensi pers hari Jumat, seperti dikutip AP News.
Proposal perdamaian tersebut terutama menguraikan posisi China yang telah lama mereka pertahanan, termasuk pandangan bahwa kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah semua negara dijamin secara efektif.
Baca Juga: NATO: Ada Pertanda China Akan Membantu Rusia dalam Perang di Ukraina
Dalam proposalnya, China juga menjelaskan bahwa keamanan suatu negara tidak dapat mengorbankan keamanan negara lain, dan keamanan regional tidak dapat dijamin dengan memperkuat atau bahkan memperluas blok militer.
Pada hari Kamis (23/2), China memilih abstain ketika Majelis Umum PBB menyetujui resolusi tidak mengikat yang menyerukan Rusia untuk mengakhiri permusuhan di Ukraina dan menarik pasukannya.
China jadi jadi salah satu dari 16 negara yang memilih menentang atau abstain pada hampir semua dari lima resolusi sebelumnya di Ukraina.
Mengutip AP News, resolusi tersebut disetujui dengan hasil 141 mendukung, 7 menentang, dan 32 abstain. Resolusi ini tampaknya membuat Rusia lebih terisolasi dari sebelumnya.