Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pada hari Rabu, Pusat Respons Darurat Internet Nasional Tiongkok (CNCERT/CC) mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan dan menangani dua insiden serangan siber yang diduga dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap perusahaan teknologi Tiongkok sejak Mei 2023.
Menurut CNCERT/CC, serangan ini bertujuan untuk "mencuri rahasia dagang."
Detail Insiden Serangan Siber
Dalam pernyataan yang diterbitkan di situs web mereka, CNCERT/CC mengidentifikasi dua perusahaan yang menjadi sasaran serangan, yaitu sebuah unit desain dan penelitian material canggih serta sebuah perusahaan teknologi besar yang berfokus pada energi pintar dan informasi digital.
Baca Juga: Anggota Parlemen AS Kembali Bidik Tiongkok Terkait Perdagangan Fentanil
Kedua perusahaan ini disebutkan "terduga diserang oleh agen intelijen AS," meskipun agen tersebut tidak disebutkan secara eksplisit. Serangan tersebut diklaim menyebabkan pencurian sejumlah besar rahasia dagang.
Tuduhan Balik terhadap AS
CNCERT/CC, yang merupakan pusat teknis non-pemerintah yang berfungsi sebagai tim respons darurat komputer nasional Tiongkok, bertugas untuk mendeteksi dan mencegah ancaman siber terhadap negara tersebut.
Pernyataan ini menggemakan tuduhan yang sering diajukan oleh pemerintah Barat terhadap Tiongkok mengenai kegiatan siber yang diduga terkait dengan pencurian rahasia dagang. Namun, dalam dua tahun terakhir, sejumlah organisasi dan lembaga pemerintah Tiongkok juga telah menuduh Amerika Serikat dan sekutunya melakukan perilaku serupa.
Penyataan Tiongkok Menanggapi Tuduhan Negara Lain
Tuduhan yang diajukan oleh CNCERT/CC ini datang pada saat yang sensitif, mengingat Tiongkok sedang menghadapi sejumlah kontrol ekspor yang semakin meningkat dari Amerika Serikat yang menargetkan industri semikonduktor dan kecerdasan buatan domestiknya.
Baca Juga: Wuih! China Tengah Membangun Kereta yang Melaju Lebih Cepat Daripada Pesawat
Pada Maret 2022, CNCERT/CC melaporkan bahwa Tiongkok mengalami gelombang serangan siber, yang sebagian besar dikaitkan dengan Amerika Serikat, namun beberapa serangan juga berasal dari negara lain seperti Jerman dan Belanda.
Serangan-serangan ini dikatakan telah mengambil alih komputer-komputer di Tiongkok dan menggunakannya untuk melancarkan serangan siber terhadap Rusia, Ukraina, dan Belarusia.
Hingga saat ini, Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan atas pernyataan CNCERT/CC tersebut. Tuduhan yang saling bertukar antara kedua negara ini menambah ketegangan di tengah hubungan internasional yang sudah tegang terkait perdagangan dan teknologi.