Sumber: Global Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Analis keamanan China belakangan mengungkap kecurigaannya terhadap AS yang diduga telah menyewa kapal sipil Norwegia untuk memata-matai aktivitas China di sekitar Taiwan dan Laut China Selatan.
Lembaga think tank asal Beijing, South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI) mengatakan, sebuah kapal bernama Grand Canyon II telah melakukan operasi yang dirahasiakan selama beberapa bulan terakhir.
Grand Canyon II merupakan kapal pendukung konstruksi multiperan yang tampaknya berafiliasi dengan Helix Energy, sebuah perusahaan jasa minyak dan gas AS, dan memiliki banyak koneksi dengan militer AS.
Baca Juga: Jepang, AS, dan Prancis gelar latihan militer gabungan, China bisa panas
Dilansir dari Global Times, pada awal Maret kapal tersebut tiba di Yokosuka, Jepang, dari Guam untuk membawa helikopter MH-60S Seahawk yang diselamatkan pada 17 Maret setelah jatuh ke laut dalam 92 mil laut di timur ke Okinawa.
Menurut data pelacakan yang dirilis oleh SCSPI, Grand Canyon II telah beroperasi di dekat pulau Taiwan dan di Laut Cina Selatan selama sebulan terakhir. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar karena tidak ada hal genting lagiyang terjadi di sana.
Data juga menunjukkan bahwa sejak akhir tahun 2020, kapal tersebut telah tinggal di Taichung dan Kaohsiung di pulau Taiwan, serta Nagasaki dan Yokosuka di Jepang.
Berdasarkan data pelacakan serta aktivitasnya yang cukup lama di kawasan tersebut, SCSPI percaya Grand Canyon II menjadi kapal mata-mata yang disewa oleh militer AS untuk misi khusus.
AS kerap menyewa pihak sipil sebagai mata-mata
Ahli militer China Wei Dongxu, mengatakan kepada Global Times bahwa AS memiliki sejarah menggunakan kapal sipil untuk misi militer. Kapal khusus ini dapat mendukung Angkatan Laut AS dalam pengintaian dan pengumpulan intelijen di dekat pulau Taiwan.
Baca Juga: Janji gelar latihan rutin, China kirim kapal induk Shandong ke Laut China Selatan
Dalam tugas mata-matanya, kapal yang disewa bisa melakukan misi pengintaian dan penyadapan dengan mengumpulkan sinyal radio di sekitarnya.
Kapal mata-mata AS bisa menempatkan perangkat pendeteksi ke laut untuk survei hidrologi atau bahkan menggunakan perangkat sonar untuk melacak aktivitas kapal selam.
SCSPI sebelumnya mengungkapkan bahwa militer AS juga menyewa pesawat pribadi untuk operasi pengintaian jarak dekat di China.
Sebagai contoh, pada 31 Maret 2020 lalu perusahaan AS Tenax Aerospace mengerahkan pesawat pengintai maritim Bombardier CL-604 ke Pangkalan Udara Kadena di Okinawa.
Pesawat tersebut melakukan lebih dari 250 penerbangan pengintai jarak dekat di China sebelum kembali ke AS pada 17 Maret tahun ini.
Kehadiran kapal yang diduga sebagai mata-mata AS ini dipastikan akan meningkatkan tensi keamanan antara kedua negara di kawasan tersebut.
Apalagi jika mengingat bahwa AS dan sekutunya di NATO, bahkan G7, telah menegaskan akan menaruh perhatian serius pada China dan kawasan Indo-Pasifik secara umum.