Sumber: South China Morning Post,Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Sadar akan dampaknya yang luar biasa besar, China langsung memberlakukan program lockdown di hampir semua wilayah, mengawasi segala aktivitas warganya, sampai melakukan uji kesehatan berskala besar.
"Kami berharap peningkatan ekonomi China ini akan berlanjut pada paruh kedua tahun ini. Tentunya, didukung juga dengan meningkatnya sentimen terkait keberhasilan penanganan Covid-19 dan pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter yang signifikan," ungkap Louis Kuijs, Kepala Peneliti Ekonomi Asia di Oxford Economics, seperti dilansir South China Morning Post.
Lonjakan infeksi virus corona di beberapa negara termasuk AS telah membayangi peningkatan permintaan untuk ekspor China. Sementara PHK yang besar dan masalah kesehatan yang masih ada membuat konsumen tetap berhati-hati.
Baca Juga: Ekonomi China naik perlahan, tapi konsumsi dan investasi masih lesu
Produksi industri China naik 4,8% pada Juni 2020 dari tahun sebelumnya, lebih cepat dari kenaikan 4,4% di Mei 2020. Itu menandai pertumbuhan bulan ketiga berturut-turut.
Tetapi, konsumsi dan investasi tetap lemah. Penjualan ritel turun 1,8% pada Juni, penurunan bulan kelima berturut-turut. Angka ini juga jauh lebih buruk dari perkiraan pertumbuhan 0,3%, setelah penurunan 2,8% di Mei.
Investasi aset tetap turun 3,1% pada semester pertama tahun ini dari periode yang sama tahun lalu, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 3,3% dan penurunan 6,3% dalam lima bulan pertama tahun ini.