kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China: Kami tidak beri ruang untuk kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan


Rabu, 20 Mei 2020 / 21:15 WIB
China: Kami tidak beri ruang untuk kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan
ILUSTRASI. Pesawat pembom H-6 Angkatan Udara China PLA terbang dekat Pesawat Tempur F-16 Taiwan pada foto bertanggal 10 Februari 2020 yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. China menegaskan, "reunifikasi" tidak bisa dihindari dan tak akan pernah mentolerir kemerdekaan Taiwan, menjawab pernyataan Presiden Tsai Ing-wen yang tidak bisa menerima tawaran untuk menjadi bagian dari China di bawah prinsip "satu negara, dua sistem".

Kantor Urusan Taiwan Pemerintah China, Rabu (20/5), mengatakan, Beijing akan tetap berpegang pada "satu negara, dua sistem", prinsip sentral dari kebijakan Presiden Xi Jinping atas Taiwan, dan "tidak meninggalkan ruang untuk kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan".

"Reunifikasi adalah suatu keniscayaan sejarah peremajaan besar bangsa China," kata mereka seperti dikutip Reuters. "Kami memiliki kemauan kuat, keyakinan penuh, dan kemampuan yang memadai untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah".

Baca Juga: Ingin dialog dengan China, tapi Taiwan tolak syarat satu negara dua sistem

China memandang Tsai sebagai separatis yang bertekad mewujudkan kemerdekaan formal untuk Taiwan. Tapi, Tsai menyatakan, Taiwan adalah negara merdeka yang dia sebut Republik China, dan tidak ingin menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok.

Dalam pidatonya pada Rabu (20/5), setelah pelantikan untuk masa jabatan keduanya sekaligus terakhir, Tsai menyebutkan, hubungan antara Taiwan dan China telah mencapai titik balik historis.

"Kedua belah pihak memiliki kewajiban untuk menemukan cara untuk hidup berdampingan dalam jangka panjang dan mencegah intensifikasi antagonisme dan perbedaan," ujarnya seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Menlu AS beri selamat ke Taiwan, China: AS harus tanggung konsekuensinya!

Tsai dan Partai Progresif Demokratik memenangkan pemilihan presiden dan parlemen pada Januari dengan telak. Ia bersumpah untuk melawan China, yang mengklaim Taiwan sebagai miliknya dan akan membawa di bawah kendali Beijing dengan kekuatan jika diperlukan.

"Di sini, saya ingin mengulangi kata-kata perdamaian, paritas, demokrasi, dan dialog. Kami tidak akan menerima prinsip Beijing dari satu negara, dua sistem untuk menurunkan peringkat Taiwan dan merusak status quo lintas-selat. Kami berdiri teguh dengan prinsip ini,” tegas Tsai.

China menggunakan kebijakan "satu negara, dua sistem", yang seharusnya menjamin otonomi tingkat tinggi, untuk memerintah Hong Kong, bekas koloni Inggris yang kembali ke Pemerintahan Tiongkok pada 1997. Cina juga menawarkan prinsip tersebut ke Taiwan.

Baca Juga: Kapal Induk AS Theodore Roosevelt akan berlayar pekan depan tantang provokasi China

China telah meningkatkan latihan militernya di dekat Taiwan sejak Tsai memenangkan pemilihan Presiden. Tiongkok menerbangkan jet-jet tempur ke ruang udara pulau itu dan kapal perang mereka berlayar di sekitar Taiwan.

Tsai menyebutkan, Taiwan telah melakukan upaya terbesar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan yang sempit yang memisahkan pulau demokrasi dari tetangganya yang otokratis, Tiongkok.

"Kami akan melanjutkan upaya-upaya ini, dan kami bersedia untuk terlibat dalam dialog dengan China dan memberikan kontribusi yang lebih konkret untuk keamanan regional," kata dia yang berpidato di taman bekas rumah gubernur Jepang di Taipei.




TERBARU

[X]
×