Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BRUSSEL. Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan kepada para pemimpin Eropa bahwa subsidi yang diberikan negaranya adalah untuk melindungi pekerja dan bukan merupakan bentuk dukungan ilegal untuk industri. Pernyataan itu dilontarkan di tengah kritikan soal praktek subsidi yang dilakukan oleh negaranya.
Dilansir dari South China Morning Post, dalam sebuah pertemuan dengan Uni Eropa, Li meminta blok tersebut untuk memperlakukan perusahaan-perusahaan asal China dengan layak.
Di sisi lain, subsidi industri yang dilakukan oleh China hampir merusak penandatanganan pernyataan bersama di KTT Uni Eropa-China. Hubungan dagang dari kedua pihak sendiri telah menembus angka sekitar € 1,5 miliar atau setara US$ 1,7 miliar dalam sehari.
"Beberapa subsidi yang kami berikan adalah untuk pekerja yang di-PHK, sehingga mereka tidak kehilangan mata pencaharian mereka. Subsidi bukan untuk daya saing industri," kata Li.
Li mengatakan bahwa China menghormati aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan akan bekerja dengan Uni Eropa dan entitas lain untuk mereformasi serta mengatasi persoalan subsidi.
Sementara itu Uni Eropa dan sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Jepang telah sejak lama menuduh China memberikan subsidi yang tidak adil untuk mendukung industri di negaranya.
Kesepakatan tentang subsidi yang termasuk dalam pernyataan pernyataan bersama antar Uni Eropa dan China digambarkan sebagai sebuah terobosan oleh Presiden Dewan Eropa Donald Tusk. "Untuk pertama kalinya, China telah setuju untuk terlibat dengan Eropa pada prioritas utama ini untuk reformasi WTO," ujar Tusk.
Tusk mengatakan bahwa ia berharap pembicaraan mengenai subsidi akan berkembang dengan cepat sebelum KTT G-20 di Osaka, Jepang pada Juni ini. Di mana China kemungkinan akan menghadapi tekanan lagi dari sejumlah negara ekonomi utama.