Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. China menolak permintaan kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat untuk mengunjungi kota pelabuhan China Qingdao dalam beberapa hari terakhir, kata seorang pejabat pertahanan AS kepada Reuters (Selasa (27/8).
Mengutip Reuters, ini adalah kali kedua China menolak permintaan AS pada bulan ini, setelah sebelumnya menolak permintaan dua kapal Angkatan Laut AS untuk mengunjungi Hong Kong, ketika krisis politik di wilayah itu semakin dalam.
Pejabat pertahanan yang enggan disebutkan namanya mengatakan kapal perang itu seharusnya mengunjungi pelabuhan China pada Minggu (25/8) tetapi China menolak permintaan itu sebelumnya.
Kapal perang militer AS sesekali berkunjung ke China. Yang terbaru pada tahun 2017 kata pejabat pertahanan tersebut.
Baca Juga: Tensi semakin panas, China gelar latihan militer setelah Taiwan beli senjata dari AS
Kapal Angkatan Laut AS yang terakhir mengunjungi Qingdao adalah kapal perusak Benfold pada tahun 2016.
Kementerian Pertahanan China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Asal tahu saja, perang dagang antara kedua negara telah melemahkan pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan kekhawatiran pasar akan terjadinya resesi.
Awal bulan ini, China menolak permintaan kapal pengangkut angkatan laut AS untuk kapal Green Bay dan kapal penjelajah berpeluru kendali Lake Erie untuk mengunjungi Hong Kong.
Pihak berwenang China telah mengirimkan peringatan yang jelas bahwa intervensi yang kuat dimungkinkan untuk dilakukan.
Baca Juga: AS dan China berlomba dalam persenjataan dengan menggunakan kecerdasan buatan
Anggaran pertahanan China tahun ini akan naik 7,5% dari tahun lalu menurut laporan anggaran yang dirilis awal tahun ini. Peningkatan anggaran militer ini telah meningkatkan kekhawatiran di antara negara tetangga dan sekutu Barat, terutama karena China menjadi lebih tegas dalam sengketa teritorial di Timur dan Laut China Selatan dan Taiwan.
Tahun lalu, militer AS menempatkan perlawanan terhadap China, bersama dengan Rusia di pusat strategi pertahanan nasional yang baru. AS mengubah prioritas setelah lebih dari satu setengah dekade berfokus pada perang melawan gerilyawan Islam.