kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.924   6,00   0,04%
  • IDX 7.199   58,32   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   10,55   0,96%
  • LQ45 877   11,13   1,28%
  • ISSI 220   0,58   0,27%
  • IDX30 448   5,78   1,31%
  • IDXHIDIV20 540   5,39   1,01%
  • IDX80 127   1,30   1,03%
  • IDXV30 134   0,24   0,18%
  • IDXQ30 149   1,59   1,08%

China punya ribuan pasukan rahasia untuk kendalikan Laut China Selatan


Jumat, 16 April 2021 / 09:09 WIB
China punya ribuan pasukan rahasia untuk kendalikan Laut China Selatan
ILUSTRASI. Kapal induk Shandong


Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Menurut penuturan para ahli politik Barat, China memiliki milisi maritim yang terdiri dari ribuan pasukan rahasia yang digunakan untuk mengendalikan Laut China Selatan. Pasukan itu dinamakan Little Blue Man atau Pria Biru Kecil. Namun Beijing menyangkal keberadaannya.

Menurut laporan yang didapat Express.co.uk, milisi maritim yang dikendalikan Beijing terdiri dari ratusan kapal dan ribuan anggota awak yang diatur dalam armada di Laut China Selatan yang disengketakan. Beijing menyangkal keberadaan kapal-kapal itu.

Armada tersebut dijuluki 'Little Blue Men' China, karena warna lambung dan mengacu pada Little Green Men Rusia.

Pakar Barat mengatakan, milisi merupakan bagian dari upaya Beijing untuk menggunakan klaim teritorial di laut China Selatan.

Baca Juga: Kapal induk China ketiga mulai dibangun, seperti ini kemampuannya

Para ahli mengklaim, armada itu dapat membawa kehadiran militer China di sekitar terumbu karang dan laut yang disengketakan dalam sekejap, yang tidak mungkin ditantang tanpa memicu konfrontasi besar.

Armada tersebut diduga dikendalikan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), tetapi lagi-lagi Beijing menyangkal keberadaan mereka.

Analis di Institut Internasional untuk Kajian Strategis (IISS) di Singapura mengatakan mereka belum pernah melihat operasi China sebesar ini sebelumnya.

Baca Juga: China: AS harus berhenti main api dengan Taiwan

Bulan lalu, lebih dari 200 kapal penangkap ikan China berkerumun di sekitar Whitsun Reef yang dikendalikan Filipina di Laut China Selatan.

"Insiden Whitsun Reef belum pernah terjadi sebelumnya baik dalam skala maupun durasinya: sejumlah besar kapal penangkap ikan China berkumpul kapan saja di satu terumbu karang Spratly, dan tinggal di sana selama beberapa minggu," jelas IISS.

Filipina menyebut kehadiran kapal-kapal itu sebagai sesuatu yang berkerumun dan mengancam.

Baca Juga: AS kian dekat dengan Taiwan, China beri peringatakan keras

Manila menuntut kapal-kapal China meninggalkan daerah itu, yang menurutnya berada di zona ekonomi eksklusif mereka.

Sebagai tanggapan, Beijing mengatakan kapal-kapal itu tengah berlindung dari laut yang ganas.

"Karena situasi maritim, beberapa kapal penangkap ikan berlindung dari angin dekat Niu'e Jiao, yang cukup normal. Kami berharap pihak terkait dapat melihat ini secara rasional," jelas Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying seperti yang dilansir Express.co.uk.

Baca Juga: Filipina panggil duta besar China, desak kapal Tiongkok tinggalkan Whitsun Reef

Kedutaan Besar China di Manila hanya mengatakan tidak ada Milisi Maritim China seperti yang dituduhkan.

Terlepas dari penolakan ini, ada sedikit keraguan di pemerintah Barat bahwa milisi memang ada.

Pentagon menyebutnya sebagai Milisi Maritim Angkatan Bersenjata Rakyat (PAFMM).

Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, mengatakan kepada CNN mengatakan bahwa Milisi Maritim Angkatan Bersenjata Rakyat tidak menangkap ikan.

"Mereka memiliki senjata otomatis di atas kapal dan lambung yang diperkuat, membuat mereka sangat berbahaya dalam jarak dekat. Juga, mereka memiliki kecepatan tertinggi sekitar 18-22 knot, membuatnya lebih cepat dari 90% kapal penangkap ikan dunia," papar Schuster.

Sebuah laporan dari kepala Angkatan Laut AS, Marinir dan Penjaga Pantai mengatakan Milisi Maritim digunakan oleh Beijing untuk menumbangkan kedaulatan negara lain dan menegakkan klaim yang melanggar hukum.

Baca Juga: China makin tegas di Indo-Pasifik, Jepang dan Jerman perluas kerjasama militer

Pakar Barat mengatakan tujuan armada adalah untuk memungkinkan China membuat klaim teritorial dalam jumlah besar tanpa pernah melibatkan Tentara Pembebasan Rakyat sendiri.

Jay Batongbacal, direktur Institut Urusan Maritim di Universitas Filipina, mengomentari insiden terumbu karang Whitsun.

"Mereka sekarang pada dasarnya menduduki Whitsun Reef hanya dengan kehadiran kapal mereka. Itu sebenarnya tujuan dari strategi China, untuk menetapkan kontrol dan dominasi de facto atas seluruh Laut China Selatan melalui langkah bertahap ini," jelas Batongbacal.

Selanjutnya: Filipina panggil duta besar China, desak kapal Tiongkok tinggalkan Whitsun Reef



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×