Sumber: Asia Times | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China telah melakukan simulasi serangan rudal siluman jarak jauh Amerika Serikat (AS) yang menargetkan kelompok kapal induk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Laut China Selatan, wilayah yang menjadi sengketa. Simulasi ini menyoroti persaingan teknologi antara kemampuan siluman dan anti-siluman.
Menurut laporan South China Morning Post (SCMP), simulasi yang dipimpin oleh Wang Tianxiao dari Institut Teknologi Komputasi Tiongkok Utara ini bertujuan meningkatkan taktik pertahanan PLA.
Dalam skenario tersebut, AS menggunakan 10 rudal AGM-158C Long Range Anti-Ship Missile (LRASM) untuk menyerang kapal perusak China di sekitar Kepulauan Pratas.
Baca Juga: Malaysia Tak akan Menghentikan Eksplorasi Laut Cina Selatan Meski Diprotes China
Rudal LRASM dikenal dengan kemampuan siluman terhadap radar dan jangkauan hingga 1.000 kilometer. Meskipun PLA menggunakan teknologi peperangan elektronik, rudal tersebut berhasil mengenai target berkat sistem kamera pencitraan termal.
SCMP menyebutkan bahwa detail realistis simulasi ini dapat memengaruhi strategi militer mendatang. Namun, data yang digunakan dalam simulasi sulit diverifikasi karena berasal dari intelijen sumber terbuka.
Keunggulan Rudal Jelajah Siluman
China memilih untuk mensimulasikan serangan rudal jelajah siluman daripada senjata hipersonik. Rudal jelajah siluman seperti LRASM memiliki keunggulan, termasuk sulit dideteksi oleh radar dan inframerah, serta kemampuan berbagi data untuk serangan presisi.
Sebaliknya, senjata hipersonik lebih mudah dilacak karena fenomena plasma dan tanda visual yang ditinggalkan.
Baca Juga: Indonesia - China Belum Sepakati Area Pengembangan Bersama di Laut Cina Selatan
China memiliki beberapa opsi untuk menghadapi LRASM, seperti senjata laser, teknologi anti-siluman, dan penghancuran platform peluncur rudal sebelum mencapai jangkauan.
Senjata laser memberikan serangan instan dengan biaya rendah, meski masih memiliki keterbatasan, seperti kepekaan terhadap kondisi atmosfer.
Kemajuan dalam radar anti-siluman juga memungkinkan China mendeteksi jet tempur siluman AS, seperti F-22 dan F-35, dari jarak jauh. Radar ini menggunakan algoritma khusus tanpa memancarkan sinyal yang mudah terdeteksi, meningkatkan kemampuan anti-siluman Tiongkok.