Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mengutip artikel Reuters pada Mei 2023 lalu, de-dolarisasi akan membutuhkan jaringan yang melibatkan eksportir, importir, pedagang mata uang, penerbit utang, dan pemberi pinjaman yang luas dan kompleks untuk secara mandiri memutuskan untuk menggunakan mata uang lain.
Namun, ini agak sulit. Pasalnya, di satu sisi, dolar digunakan hampir 90% transaksi valas global, mewakili sekitar US$ 6,6 triliun pada tahun 2022, menurut data BIS.
Selain itu, sekitar setengah dari semua utang luar negeri dalam dolar, dan setengah dari semua perdagangan global ditagih dalam dolar.
"Fungsi dolar semuanya saling memperkuat," kata Barry Eichengreen, profesor ekonomi dan ilmu politik Berkeley.
Dia menambahkan, "Tidak ada mekanisme untuk membuat bank, perusahaan, dan pemerintah mengubah perilaku mereka pada saat yang bersamaan."
Baca Juga: De-dolarisasi Nyata Terjadi, Ini Tanda-tandanya Menurut JPMorgan
Meskipun mungkin tidak ada satu pun penerus dolar, menjamurnya alternatif dapat menciptakan dunia multikutub.
Ahli strategi BNY Mellon Geoffrey Yu mengatakan negara-negara menyadari bahwa satu atau dua blok aset cadangan yang dominan "tidak cukup terdiversifikasi."
Bank sentral global melihat lebih banyak jenis aset, termasuk utang perusahaan, aset berwujud seperti real estat, dan mata uang lainnya.
"Proses ini sedang berlangsung," kata Mark Tinker, direktur pelaksana Toscafund Hong Kong. "Dolar akan digunakan lebih sedikit dalam sistem global."