Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pemerintah biasanya melakukan upaya ekstra untuk meningkatkan pasokan sayuran segar dan daging babi sebelum hari raya terpenting China, Tahun Baru Imlek, yang pada 2022 jatuh pada awal Februari.
Tetapi tahun ini, upaya itu menjadi lebih mendesak setelah cuaca ekstrem pada awal Oktober menghancurkan tanaman di Shandong - wilayah penghasil sayuran terbesar di negara itu - dan ketika wabah kasus COVID-19 yang membentang dari barat laut ke timur laut negara itu mengancam akan mengganggu pasokan makanan.
Pekan lalu, indeks harga sayuran di Shouguang, pusat perdagangan di Shandong, menunjukkan, harga mentimun, bayam, dan brokoli di China naik lebih dari dua kali lipat dari awal Oktober. Bayam lebih mahal daripada beberapa potongan daging babi seharga 16,67 yuan (US$ 2,60) per kg.
Meskipun harga telah mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir, para ekonom memperkirakan kenaikan inflasi harga konsumen berbasis tahun-ke-tahun yang signifikan untuk Oktober. Ini merupakan yang pertama dalam lima bulan.
Pandemi telah membawa peningkatan fokus pada ketahanan pangan, di mana pemerintah China menyusun undang-undang ketahanan pangan dan menguraikan upaya baru untuk mengekang limbah makanan.
Baca Juga: Wabah COVID-19 berkembang pesat, China waspada tinggi
Kementerian perdagangan mengatakan pemerintah setempat harus membeli sayuran yang dapat disimpan dengan baik sebelumnya dan juga memperkuat jaringan pengiriman darurat.
China juga berencana untuk melepaskan cadangan sayuran "pada waktu yang tepat" untuk melawan kenaikan harga, menurut laporan TV pemerintah pada Senin malam. Tidak jelas sayuran apa yang disimpan China dan seberapa besar cadangannya.
Badan perencanaan negara telah menyerukan penanaman kembali sayuran tepat waktu, mendesak pemerintah daerah untuk mendukung produk yang tumbuh cepat, menurut laporan itu.
Data kementerian pertanian menunjukkan, China memiliki sekitar 100 juta mu (6,7 juta hektar) lahan yang ditanami sayuran.