Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Beirut. Ledakan besar yang menimbulkan ratusan korban jiwa meninggal terjadi di Beirut, Lebanon Selasa (4/8/2020). Citra satelit memperlihatkan bagaimana efek ledakan yang dianggap sebagai ledakan non nuklir terbesar di dunia tersebut.
Satelit menangkap citra pelabuhan Beirut, menunjukkan bagian dari pelabuhan lenyap akibat ledakan dahsyat. Bagian dari pelabuhan itu adalah gudang berisi 2.750 ton amonium nitrat yang meledak dengan sangat kuat di Beirut, Selasa (4/8/2020).
Baca juga: Jangan lupa, tilang ganjil genap Jakarta juga berlaku di 28 gerbang tol ini
Citra satelit yang dirilis sehari setelah ledakan dahsyat yang meletus di pelabuhan Beirut itu menunjukkan bagian tanah dan bangunan yang raib total akibat kekuatan ledakan. Satelit yang digunakan milik Cnes 2020 melalui Airbus DS.
Satellite images released the day after a devastating explosion erupted at #Beirut port show a portion of the land - where a warehouse that housed 2,750 tonnes of ammonium nitrate exploded - carved out due to the sheer force of the blast.https://t.co/8KYzX25cnr pic.twitter.com/U8lQjBOIUA — Al Arabiya English (@AlArabiya_Eng) August 6, 2020
Ledakan di ibu kota Lebanon itu menabur kehancuran di seluruh kota, menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai ribuan lainnya. Tak hanya itu, ledakan tersebut juga menjerumuskan Lebanon lebih dalam ke situasi krisis.
Pemerintah Lebanon pada Rabu (5/8/2020) mengatakan bahwa menginginkan para pejabat pelabuhan ditahan sebagai tahanan rumah atas insiden fatal tesebut. Mereka juga mengumumkan bencana itu sebagai darurat nasional selama 2 pekan di ibu kota Beirut.
Apa yang memicu insiden?
Dilaporkan BBC Rabu (6/8/2020), amonium nitrat awalnya disimpan di gudang pelabuhan Beirut selama enam tahun setelah disita dari sebuah kapal pada 2013. Baik kepala pelabuhan maupun kepala bea cukai mengungkapkan, mereka sebenarnya sudah menulis surat kepada pengadilan beberapa kali.
Inti dari surat tersebut adalah mereka ingin bahan kimia itu dipindahkan maupun dijual kepada pihak tertentu untuk memastikan keselamatannya. General Manager Pelabuhan Hassan Koraytem kepada OTV mengatakan, mereka sebenarnya sudah tahu material tersebut berbahaya ketika pengadilan memerintahkan agar benda itu disimpan di gudang.
Baca juga: Hari ini berlaku tilang online di Jakarta, termasuk di 26 lokasi baru
Namun, Koraytem mengaku dia tidak menyangka jika upayanya membersihkan amonium nitrat bakal berlarut-larut, dan menuai respons Menteri Ekonomi Raoul Nehme. Dia mengatakan insiden menunjukkan betapa inkompeten dan buruknya manajemen yang dilakukan dalam pengurusan bahan kimia berdaya ledak tinggi itu.
Nehme berujar pemerintah sebelumnya maupun manajemen dari pelabuhan jelas bertanggung jawab atas ledakan yang meratakan sebagian besar kota itu. "Kami jelas tidak berniat untuk duduk diam setelah insiden ini. Kami akan mencari tahu siapa yang bertanggung jawab," tegasnya.
Dewan Keamanan Tertinggi Lebanon menyatakan, mereka berjanji akan memberi "hukuman tertinggi" kepada siapa pun yang terbukti bersalah.
Menteri Informasi Manal Abdel Samad menerangkan, status tahanan rumah bakal diberlakukan kepada pejabat yang menangani amonium nitrat, menjaga, dan mengurus dokumennya sejak Juni 2014. Bahan kimia tersebut dilaporkan datang dari kapal berbendera Moldova, Rhosus, yang memasuki pelabuhan Beirut karena mengalami masalah teknis.
Berdasarkan situs Shiparrested.com, yang menangani kasus hukuman terkait pengapalan, kapal itu rusak saat berlayar dari Georgia ke Mozambik. Rhosus kemudian diperiksa, sebelum dilarang untuk meninggalkan pelabuhan hingga berujung kepada si pemilik yang memutuskan meninggalkannya. Kargonya kemudian disimpan di gudang tepi laut sebagai langkah pengamanan sejak saat itu, dan berujung kepada sejumlah kasus klaim.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Citra Satelit Tunjukkan Gudang Berisi 2.750 Ton Amonium Nitrat yang Meledak, Lenyap ",