kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   -14.000   -0,83%
  • USD/IDR 16.443   -63,00   -0,38%
  • IDX 6.546   -52,36   -0,79%
  • KOMPAS100 934   -14,89   -1,57%
  • LQ45 732   -7,86   -1,06%
  • ISSI 204   -1,81   -0,88%
  • IDX30 381   -3,77   -0,98%
  • IDXHIDIV20 460   -1,25   -0,27%
  • IDX80 106   -1,58   -1,47%
  • IDXV30 110   -2,08   -1,85%
  • IDXQ30 125   -0,77   -0,61%

Dalai Lama Tegaskan Penerusnya akan Lahir di Luar China


Selasa, 11 Maret 2025 / 12:05 WIB
Dalai Lama Tegaskan Penerusnya akan Lahir di Luar China
ILUSTRASI. Dalai Lama, pemimpin spiritual tertinggi dalam agama Buddha Tibet, menegaskan dalam buku terbarunya bahwa penerusnya akan lahir di luar China. REUTERS/Clodagh Kilcoyne/File Photo


Sumber: The Guardian | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalai Lama, pemimpin spiritual tertinggi dalam agama Buddha Tibet, menegaskan dalam buku terbarunya bahwa penerusnya akan lahir di luar China.

Pernyataan ini semakin memperkeruh perselisihan dengan Beijing terkait kontrol atas Tibet, wilayah yang telah lama menjadi sumber ketegangan geopolitik.

Dalai Lama: Penerus Akan Lahir di Dunia Bebas

Dalam bukunya yang berjudul Voice for the Voiceless, yang dirilis pada Selasa, Dalai Lama menyatakan bahwa lembaga Dalai Lama harus tetap berlanjut setelah kematiannya. Buku ini menandai pertama kalinya ia secara eksplisit menyebutkan bahwa penerusnya akan lahir di "dunia bebas", yang ia definisikan sebagai di luar China.

"Karena tujuan dari reinkarnasi adalah untuk melanjutkan pekerjaan pendahulunya, Dalai Lama baru akan lahir di dunia bebas sehingga misi tradisional Dalai Lama—yaitu menjadi suara bagi belas kasih universal, pemimpin spiritual Buddha Tibet, dan simbol Tibet yang mewakili aspirasi rakyat Tibet—akan terus berlanjut," tulisnya.

Sebelumnya, Dalai Lama hanya menyebutkan kemungkinan reinkarnasinya terjadi di luar Tibet, seperti di India, tempat ia telah hidup dalam pengasingan sejak 1959.

Baca Juga: China Berharap Dalai Lama 'Kembali ke Jalan yang Benar'

Konflik Dalai Lama dan Beijing Terkait Suksesi

Dalai Lama, yang kini berusia 89 tahun, melarikan diri ke India saat berusia 23 tahun setelah pemberontakan gagal melawan pemerintahan Komunis Mao Zedong. Sejak saat itu, Beijing mengklaim bahwa mereka memiliki hak eksklusif untuk menentukan penerusnya. Namun, Dalai Lama menegaskan bahwa setiap penerus yang ditunjuk oleh pemerintah China tidak akan dihormati oleh umat Buddha Tibet.

Pemerintah China secara konsisten menyebut Dalai Lama sebagai seorang "separatis" yang berusaha memecah belah persatuan nasional. Ketika ditanya tentang buku tersebut dalam konferensi pers pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China menyatakan:

"Dalai Lama adalah seorang pengasingan politik yang terlibat dalam kegiatan separatis anti-China dengan kedok agama. Apa yang ia katakan tidak dapat mengubah fakta objektif mengenai kemakmuran dan perkembangan Tibet."

Penolakan Terhadap Usulan China

Pada Februari lalu, Beijing menyatakan harapannya agar Dalai Lama "kembali ke jalur yang benar" dan terbuka untuk berdiskusi tentang masa depannya jika ia memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk mengakui bahwa Tibet dan Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China.

Namun, usulan ini langsung ditolak oleh parlemen Tibet di pengasingan yang berbasis di India.

Baca Juga: Pria Ini Nekat Terbangkan Drone ke Korea Utara dari China, Hasilnya Mengejutkan!

Dalam bukunya, Dalai Lama mengungkapkan bahwa selama lebih dari satu dekade, ia menerima banyak petisi dari berbagai kalangan masyarakat Tibet, termasuk biksu senior dan warga Tibet baik di dalam maupun luar negeri, yang mendesaknya untuk memastikan kelanjutan garis keturunan Dalai Lama.

Tradisi Reinkarnasi dan Suksesi Dalai Lama

Menurut tradisi Tibet, jiwa seorang biksu senior akan bereinkarnasi dalam tubuh seorang anak setelah kematiannya. Dalai Lama saat ini, Tenzin Gyatso, diidentifikasi sebagai reinkarnasi pendahulunya saat berusia dua tahun.

Dalai Lama berencana untuk merilis rincian lebih lanjut tentang suksesi ini menjelang ulang tahunnya yang ke-90 pada Juli mendatang. Dalam bukunya, ia menegaskan bahwa Tibet tetap berada di bawah "cengkeraman pemerintahan Komunis China yang represif" dan bahwa perjuangan rakyat Tibet untuk kebebasan akan terus berlanjut, bahkan setelah kematiannya.

Selanjutnya: 60 Resep Ramadan untuk Hidangan Sahur dan Iftar di Rumah ala Anchor Dairy

Menarik Dibaca: Resep Kue Garpu Gurih dan Renyah, Cukup 1 Telur Bisa Menuhin Toples Lebaran


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×