kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data lokasi timbulkan risiko keamanan, AS keluarkan panduan bagi personel militer


Rabu, 05 Agustus 2020 / 16:56 WIB
Data lokasi timbulkan risiko keamanan, AS keluarkan panduan bagi personel militer
ILUSTRASI. Pemerintah AS menilai layanan data lokasi pada ponsel mampu mengancam keamanan nasional.


Sumber: Android Authority,Android Authority | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Amerika Serikat atau AS semakin peduli terhadap keamanan data yang beredar di dunia digital. Kasus kebocoran data Facebook pada 2018 jadi salah satu pemicunya.

Badan Keamanan Nasional AS (NSA) mengungkapkan kecurigaannya pada sistem data lokasi yang ada pada perangkat ponsel. Terutama, telepon seluler miliki personel militer serta pejabat negara.

Wall Street Journal melaporkan, NSA telah memberikan panduan kepada para personel militer AS bahwa data lokasi pada perangkat seluler bisa menimbulkan risiko keamanan nasional yang serius.

NSA menyebutkan, data lokasi bisa memberikan informasi yang detail mengenai pergerakan pasukan dan logistik, rutinitas pengguna, bahkan mengungkap hubungan antarpihak-pihak yang dirahasiakan.

Baca Juga: Donald Trump tak hanya minta TikTok dijual, tapi AS harus dijadikan pengendali

Oleh sebab itu, NSA merekomendasikan ada pembatasan yang ketat pada data lokasi ini. Mereka menyarankan penonaktifan layanan location sharing pada ponsel yang sering diminta oleh sejumlah aplikasi seluler.

Satu yang menjadi perhatian adalah permintaan data lokasi yang muncul pada aplikasi browser saat hendak berselancar di internet.

Bukan cuma perangkat seluler seperti ponsel, NSA juga mengatakan, segala perangkat digital, seperti smartwatch, peralatan medis, serta teknologi lain, yang meminta data lokasi juga sangat rawan.

Bagi masyarakat awam, kebocoran data lokasi mungkin tidak banyak berarti. Tetapi, bagi para personel militer serta para pejabat pemerintahan, hal ini bisa menimbulkan kerugian langsung pada negara.

Baca Juga: Trump hanya beri waktu 45 hari bagi pemilik China untuk menjual TikTok

Personel militer yang sedang dalam misi khusus misalnya, saat data lokasi bocor, segala rencana yang disiapkan dalam misi tersebut bisa saja gagal total.

Dikutip dari Android Authority, peneiliti menemukan pada awal 2018 bahwa data lokasi dari aplikasi Strava bocor dan berhasil mengungkap data pangkalan militer, rute pasokan logistik, bahkan terkait fasilitas rahasia CIA.

Terkait dengan keamanan siber ini, Presiden Donald Trump mengambil langkah cepat dengan malarang penggunaan aplikasi TikTok di AS. Ia menilai perusahaan induk TikTok, ByteDance menyerahkan data pengguna kepada Pemerintah China untuk dimata-matai.

Rekomendasi terbaru dari NSA memang tidak ditujukan langsung kepada TikTok yang memang sudah dilarang di lingkungan militer. Tapi, hal ini jelas akan semakin membatasi penggunaan aplikasi asing di negeri uak Sam.




TERBARU

[X]
×