kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.480   -25,75   -0,34%
  • KOMPAS100 1.154   -2,95   -0,26%
  • LQ45 913   0,81   0,09%
  • ISSI 227   -1,59   -0,70%
  • IDX30 471   1,26   0,27%
  • IDXHIDIV20 567   3,73   0,66%
  • IDX80 132   -0,15   -0,11%
  • IDXV30 139   -0,18   -0,13%
  • IDXQ30 157   0,79   0,50%

Dedolarisasi Jadi Isu Hangat, Emas Menjadi Buruan Bank Sentral Global


Sabtu, 13 Mei 2023 / 09:30 WIB
Dedolarisasi Jadi Isu Hangat, Emas Menjadi Buruan Bank Sentral Global


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bank-bank sentral di seluruh dunia meningkatkan cadangan emas mereka di tengah reaksi yang meningkat terhadap dolar.

Mengutip Business Insider, World Gold Council (WGC) melaporkan, pada kuartal pertama, ada 228,4 ton emas yang ditambahkan ke cadangan global. Meski hal itu menandai penurunan 40% dari kuartal keempat, namun angka ini merupakan peningkatan sebesar 176% dari tahun lalu.

Hal itu juga menandai rekor tertinggi baru untuk tiga bulan pertama setiap tahun, melampaui rekor kuartal pertama sebelumnya, yang ditetapkan pada 2013, sebesar 34%.

"Ini semakin mengesankan mengingat hal tersebut mengikuti laju permintaan yang memecahkan rekor tahun lalu," kata laporan itu.

Data WGC menunjukkan, pembeli emas teratas pada kuartal pertama sebagian besar berada di Asia. Bank sentral Singapura memimpin dengan pembelian 69 ton, diikuti oleh China dengan 58 ton, Turki dengan 30 ton, dan India dengan 7 ton.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini (9/5) di Pegadaian Stagnan, UBS Naik

Sementara itu, pembaruan dari bank sentral Rusia menunjukkan penurunan cadangan emas sebesar 6 ton selama kuartal tersebut – mungkin karena pencetakan koin – meskipun totalnya 28 ton lebih tinggi dari tahun lalu. Indikasi terpisah baru-baru ini menunjukkan emas Rusia membanjiri UEA, Turki, dan Hong Kong.

Dolar AS secara tradisional telah menjadi andalan cadangan bank sentral. Tetapi lonjakan permintaan emas baru-baru ini telah dilihat sebagai tanda de-dolarisasi setelah greenback dipersenjatai untuk memberikan tekanan finansial pada Rusia untuk perangnya di Ukraina.

"Dengan demikian aset tertua dan paling tradisional, emas, sekarang menjadi kendaraan pemberontakan bank sentral terhadap dolar," tulis Ruchir Sharma, ketua Rockefeller International, di The Financial Times bulan lalu.

Baca Juga: Terbesar di Dunia, Cadangan Devisa China Tembus US$ 3,205 Triliun pada April 2023


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×