Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat (AS) pada Mei lalu kian dalam. Bahkan, angka defisit tersebut menyentuh level tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Disinyalir, tingginya defisit disebabkan tingginya permintaan impor mobil, komputer, serta pakaian.
Berdasarkan data yang dirilis Departemen Perdagangan AS, defisit Negeri Paman Sam itu naik 4,8% menjadi US$ 42,3 miliar. Angka tersebut merupakan defisit terbesar sejak November 2008. Kenaikan impor sebesar 2,9% melampaui angka kenaikan ekspor yang hanya mencapai 2,4%.
Saat ini, manufaktur di AS diuntungkan dari adanya pemulihan perekonomian global. Kendati begitu, pelaku industri belum bisa bernapas lega karena krisis di Eropa dapat mempengaruhi angka penjualan ke depannya.
Masalah utang yang melingkupi zona Eropa juga menyebabkan nilai euro kian melemah terhadap dollar menggunakan euro. Hal ini dapat menjadi masalah baru karena dapat menurunkan daya saing produk AS di 16 negara yang menggunakan mata uang euro.
Data lainnya, defisit perdagangan AS dengan China juga mengalami peningkatan sebesar 15,4% dari April mencapai US$ 22,3 miliar. Angka ini merupakan yang terbesar sejak Oktober tahun lalu. Sejumlah analis menilai, kondisi ini akan menambah tekanan terhadap pemerintah agar tidak gentar dalam menghadapi pertikaian perdagangan dengan China terkait mata uang yuan. Sebelumnya, AS memberikan label yuan sebagai mata uang manipulator.