Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kebijakan tarif impor tinggi Donald Trump menjadi bumerang bagi Amerika Serikat (AS) sendiri. Indikasinya dari defisit perdagangan barang AS yang melebar tajam pada bulan Maret karena impor melonjak.
Defisit perdagangan menunjukkan bahwa perdagangan memberikan hambatan besar pada pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama 2025.
Defisit perdagangan barang AS meningkat 9,6% menjadi US$ 162,0 miliar pada bulan Maret 2025, sebut Biro Sensus Departemen Perdagangan AS pada Selasa (29/4), seperti dikutip Reuters.
Impor barang melonjak US$ 16,3 miliar menjadi US$ 342,7 miliar. Lonjakan impor ini kemungkinan karena pebisnis bergegas mendatangkan barang untuk menghindari tarif besar-besaran Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Awas! Risiko Resesi Ekonomi Global Meningkat Akibat Guncangan Tarif Donald Trump
Para ekonom telah memperingatkan bahwa impor yang juga didorong oleh impor emas nonmoneter dapat sangat membesar-besarkan perlambatan ekonomi yang diantisipasi dalam pertumbuhan produk domestik bruto pada kuartal Januari-Maret. Impor merupakan pengurangan dalam perhitungan PDB.
Di sisi lain, ekspor barang AS hanya naik US$ 2,2 miliar menjadi US$ 180,8 miliar pada bulan Maret 2025.
Pemerintah AS dijadwalkan untuk menerbitkan estimasi produk domestic bruto (PDB) awal untuk kuartal pertama pada Rabu (30/4), yang akan bertepatan dengan 100 hari masa jabatan Trump.
Survei Reuters terhadap para ekonom memperkirakan PDB AS meningkat pada tingkat tahunan 0,3%, yang akan menjadi laju paling lambat sejak kuartal kedua tahun 2022.
Sementara, Federal Reserve Atlanta memperkirakan PDB AS menurun pada tingkat 0,4% setelah disesuaikan dengan impor dan ekspor emas.
Selain dampak impor, ketidakpastian yang disebabkan oleh kebijakan tarif pemerintahan Trump yang sering kali kacau. Tarif Trump telah menjerumuskan Amerika Serikat ke dalam perang dagang yang merugikan dengan Tiongkok, juga kemungkinan berdampak negatif pada pertumbuhan kuartal lalu.
Baca Juga: Xi Jinping Bantah Telepon Donald Trump untuk Bicarakan Tarif