Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - LONDON. Perusahaan-perusahaan terbesar di Inggris mengadopsi langkah paling defensif sejak awal pandemi COVID-19 pada 2020, menjelang pengumuman tarif baru Presiden AS Donald Trump pada 2 April lalu.
Fokus utama mereka kini tertuju pada peningkatan arus kas, pemangkasan biaya, dan pengurangan utang, menurut survei Deloitte yang dirilis Senin (14/4).
Survei triwulanan Deloitte terhadap kepala keuangan (CFO) perusahaan-perusahaan besar Inggris—yang dilakukan pada 18–31 Maret—menunjukkan bahwa meskipun optimisme terhadap prospek keuangan perusahaan masih lebih tinggi dibanding saat invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dan awal pandemi, strategi bertahan kini jauh lebih dominan dibanding ekspansi.
Baca Juga: Trump Ancam Investigasi Keamanan Nasional atas Chip China, Isyaratkan Tarif Baru
"Melihat banyaknya spekulasi mengenai besaran dan cakupan kenaikan tarif AS selama periode survei, tidak mengherankan jika para CFO melaporkan tingkat ketidakpastian yang meningkat," kata Amanda Tickel, Kepala Kebijakan Pajak dan Perdagangan Deloitte UK.
Sekitar 63% CFO menyebut pemangkasan biaya sebagai prioritas utama, naik dari 52% pada kuartal sebelumnya dan menjadi angka tertinggi kedua dalam catatan survei.
Sementara itu, hanya 20% yang menargetkan peluncuran produk baru atau ekspansi ke pasar baru, turun dari 25%.
Para pelaku usaha juga memperkirakan akan memangkas perekrutan tenaga kerja secara signifikan—penurunan paling tajam sejak kuartal ketiga 2020.
Sementara itu, pertumbuhan upah diproyeksikan melambat hingga rata-rata 3% dalam 12 bulan ke depan.
Baca Juga: Tak Siap, Amerika Serikat Kembali Ubah Kebijakan Tarif
"Perusahaan-perusahaan besar Inggris tengah bersiap menghadapi gejolak," tulis Deloitte dalam laporannya.
Kendati demikian, margin keuntungan diperkirakan tetap tertekan, seiring kenaikan biaya yang diprediksi melampaui pertumbuhan pendapatan.
Hal ini terutama dipicu oleh kenaikan tajam pajak penggajian yang mulai berlaku bulan ini, serta kenaikan upah minimum yang hampir mencapai 7%.
Bulan lalu, lembaga pemantau anggaran pemerintah Inggris memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 menjadi hanya 1%, setengah dari estimasi sebelumnya.
Baca Juga: Trump Tunda Implementasi Tarif Impor 90 Hari, Bagaimana Sikap Indonesia?
Pemangkasan ini terjadi meskipun ada ekspektasi peningkatan belanja publik setelah lemahnya pertumbuhan pada 2024.
Survei Deloitte kali ini melibatkan 67 CFO dari perusahaan-perusahaan besar, termasuk 42 perusahaan publik yang mewakili sekitar 18% dari kapitalisasi pasar saham Inggris.