Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
FRANKFRUT. Deutsche Bank berkejaran dengan waktu untuk menyelesaikan masalahnya sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) berlangsung di bulan depan. Diperkirakan butuh waktu lama bagi bank asal Jerman ini untuk bisa membayar denda sebesar U$ 14 miliar.
Kabar beredar, Deutsche Bank dan Departemen Kehakiman AS hampir mencapai kata sepakat untuk menentukan denda sebesar US$ 5,4 miliar. The Wall Street Journal melaporkan Minggu (2/10), pembicaraan antara keduanya masih berlanjut.
Kepala Ekonom UniCredit Erik F. Nielsen mengatakan, pasar khawatir dengan kemungkinan denda yang tak jauh dari besaran US$ 14 miliar. Lembaga pemeringkat Moody's menilai, andai denda yang dijatuhkan hanya US$ 3,1 miliar merupakan sentimen positif bagi pemegang obligasi Deutsche Bank.
Hitungan lain, kalau denda disepakati sebesar US$ 5,7 miliar diperkirakan akan menganggu kinerja tapi tidak akan menggerus signifikan kekuatan modal Deutsche Bank. Yang jelas, ancaman denda jumbo telah mendorong saham Deutsche Bank jeblok ke rekor terendah.
Tak cuma itu, kabar denda Deutsche Bank telah menimbulkan ketidakpastian tentang industri keuangan global. Sejatinya, skala bisnis Deutsche Bank memang lebih kecil ketimbang kompetitornya di Wall Street seperti JPMorgan dan Citigroup.
Namun, Deutsche Bank memiliki posisi kuat dalam transaksi perdagangan internasional dan terhubung dengan seluruh lembaga keuangan kakap di dunia. Risiko besar Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengindentifikasikan kasus Deutsche Bank memiliki potensi risiko yang besar untuk sistem keuangan global.
CEO Deutsche Bank John Cryan dijadwalkan akan menyambangi Washington pada pekan ini untuk menghadiri pertemuan tahunan IMF. Sejumlah eksekutif Deutsche Bank lain juga dikabarkan akan bergabung untuk bernegosiasi dengan otoritas AS terkait denda.
Sama seperti bank besar lain di Eropa semisal Credit Suisse dan Barclays, Deutsche Bank ingin mendapatkan kesepakatan denda dengan pemerintah saat ini. Sebab, kesepakatan dengan pemerintah atau presiden baru AS dinilai menambah risiko.
Di sisi lain, sejumlah perusahaan kakap asal Jerman seperti BASF, Daimler, E.ON, RWE dan Siemens membela Deutsche Bank. "Industri Jerman membutuhkan Deutsche Bank untuk menemani kami ke dunia," ujar Juergen Hambrecht, Ketua BASF di artikel Frankfruter Allgemeine Sonntagszeitung.
Hingga kini Pemerintah Jerman dikabarkan masih menolak untuk memberikan bantuan penyelamatan (bail out) atas Deutsche Bank. Otoritas Negeri Paman Sam menjatuhkan denda karena Deutsche Bank terbukti bersalah dalam penjualan aset beragun aset sebelum krisis 2008.