Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Rata-rata enam warga Hongkong menjadi korban penipuan belanja online setiap harinya. Menurut kepolisian setempat, penipuan belanja online melonjak 35% dari tahun lalu.
Seperti diberitakan South China Morning Post, data kepolisian Hong Kong terbaru menemukan jumlah laporan penipuan belanja online naik menjadi 383 laporan dalam dua bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut naik dari 286 laporan selama periode yang sama di 2018.
Meskipun jumlah kasus meningkat cukup besar, namun total nilai kerugian turun sekitar 65% menjadi HK $ 3,3 juta atau sekitar US$ 420.935 selama dua bulan pertama tahun ini.
Pemerintah setempat melaporkan peningkatan penipuan belanja via internet selama beberapa tahun. Pada Tahun lalu, polisi menangani 2.102 kasus, naik dari 1.562 kasus pada 2017.
Nilai kerugian juga meroket setinggi 135% dari HK $ 17,8 juta pada 2017 menjadi HK $ 41,9 juta pada 2018. Sementara pada 2016, ada 1.188 kasus yang menimpa warga Hong Kong dengan kerugian sebesar HK $ 12,9 juta.
Polisi mengatakan peningkatan itu didorong oleh semakin populernya belanja online di Hong Kong.
Dalam kebanyakan kasus, para penipu ini menyamar sebagai vendor dan mencoba menjual barang-barang populer melalui internet. Para korban menyadari bahwa mereka ditipu ketika barang-barang yang mereka bayar tidak pernah tiba.
Penipuan itu biasanya terdiri dari barang-barang elektronik dan tas tangan hingga tiket konser.
"Kadang-kadang, para penipu mengklaim barang yang mereka jual adalah sepatu dan tas edisi terbatas untuk menarik pembeli," kata seorang sumber kepolisian.
Dia mengatakan polisi melihat peningkatan penipuan barang dagangan internet terjadi menjelang musim perayaan seperti Natal dan Hari Valentine.
Pada hari Sabtu lalu, polisi menangkap tiga warga Hongkong dengan tuduhan telah menipu tiga orang dengan kerugian sebesar HK $ 370.000 dalam penipuan belanja online.