Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - Pada tahun 1944, tanggal 1-22 Juli, lebih 75 tahun lalu, sekitar 700 perwakilan dari 44 negara menginap di hotel Mount Washington, Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat.
Menjelang berakhir perang dunia Perang Dunia II, mereka menginap bersama untuk menyusun sebuah sistem keuangan baru bagi ekonomi dunia dalam sebuah konferensi: Bretton Woods International Monetary Conference.
Baca Juga: Rapat The Fed dan negosiasi perdagangan China-AS jadi pendorong penguatan IHSG
Sampai sekarang Hotel Mount Washington masih membuka pintu bagi para tamu yang hendak bermalam. Planet Money menggambarkan hotel ini sebagai bangunan bergaya tua dengan lampu gantung berhias dan kepala rusa digantung di lobi.
Musik klasik yang mengalun di hotel ini seolah ingin mengingatkan pengunjung bahwa hotel ini berkelas. Di balik jendela tampak pemandangan gunung yang menakjubkan. Sayup-sayup tercium bau apak karpet basah.
Baca Juga: Pasar menanti bunga The Fed, rupiah melemah
Dari hotel megah dan mewah sekaligus terpencil inilah nasib ekonomi dunia saat ini digurat. Pertemuan yang kelak kemudian hari terkenal dengan sebutan pendek "Bretton Wood" tadi melahirkan tiga hal yang sangat berpengaruh terhadap ekonomi global saat ini.
Iya, resor terpencil di pegunungan ini ibarat rahim yang melahirkan bayi kembar tiga: Bank Dunia (World Bank), Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund), serta peran baru dolar AS sebagai "mata uang internasional.”
Di Bretton Wood pula Amerika Serikat berjanji menetapkan nilai US$ 35 setara emas 1 ons troi. Dari sana pula, negara-negara lain kemudian menetapkan nilai tukar mereka terhadap dolar AS yang menjadi "pusat tata surya" sistem ekonomi dunia.
Baca Juga: IMF pangkas proyeksi pertumbuhan, Sri Mulyani tetap optimistis jaga momentum
Ketika AS mengalami defisit besar dan kehabisan cadangan emasnya pada tahun 1960-an, mereka mengingkari janji itu. Pada tahun 1971, Presiden Nixon menceraikan dolar dan emas.
Sejak itu dolar AS tak lagi terpaut dengan cadangan emas Amerika sebagaimana akad yang diucapkan AS di Bretton Wood bertahun-tahun sebelumnya.
Sampai sekarang nilai dolar "ditetapkan" oleh campuran kekuatan politik dan ekonomi; transaksi para spekulan mata uang di seluruh dunia hingga keputusan moneter bank sentral, seperti yang akan kita hadapi lusa malam.
Baca Juga: Harga minyak naik dalam empat hari berturut-turut jelang FOMC
Penobatan dolar AS sebagai mata uang dunia di Bretton Wood memang telah kedaluwarsa, tetapi dolar masih tetap menjadi mata uang internasional.
Buktinya, dua-tiga hari ini seluruh perhatian masyarakat tertuju kepada 12 orang peserta rapat operasi pasar terbuka federal (FOMC) bank sentra AS, Federal Reserve.
Para pelancong yang gemar napak tilas situs-situs penting dan berpengaruh terhadap dunia mestinya tidak boleh melewatkan hotel Mount Washington.
Tidak setua piramida Mesir, tak semegah Menara Eiffel, serta tidak legendaris Kota Tua Jerusalem; tapi dari hotel di dusun Bretton Woods resor inilah nilai relatif isi dompet kita saat ini ditorehkan.
Hotel Mount Washington saat ini beroperasi dengan nama resmi Omni Mount Washington. Omni Hotels & Resorts mengoperasikan hotel ini sejak 2009, lalu membelinya enam tahun kemudian.
Baca Juga: Skenario nasib rupiah menghadapi keputusan The Fed rate
Laman Omnihotels.com membeberkan sejarah singkat hotel luar biasa ini. Dibangun pada tahun 1900 dan baru selesai dua tahun kemudian, hotel ini setidaknya telah tujuh kali ganti pemilik.
Tentu saja status sebagai tuan rumah Bretton Woods International Monetary Conference pada 1944 menjadi saah satu daya tarik hotel ini. Sekarang, Gold room, ruangan tempat penandatanganan "surat takdir" ekonomi dunia, diperlakukan sebagai situs sejarah di hotel ini.
Tak bisa dibilang murah, tarif menginap di hotel ini masih terjangkau oleh sebagian para pelancong dari Indonesia; sebuah negeri yang matauangnya saat ini cuma senilai seperempatbelas ribu dolar AS.
Ketika tulisan ini diketik, situs pemesanan hotel Agoda.com menawarkan salah satu dari 200 kamar di hotel ini dengan tarif berkisar Rp 4 juta-an semalam.
Baca Juga: Menerka arah rupiah di tengah ekspektasi penurunan suku bunga The Fed