Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Standard Chartered (StanChart) mencatat lonjakan laba sebelum pajak sebesar 26% pada paruh pertama tahun ini, melebihi ekspektasi analis. Peningkatan ini didorong divisi manajemen kekayaan, pasar keuangan, dan perbankan global.
Dalam laporan keuangannya yang dirilis Kamis (31/7), bank yang berbasis di London ini memperoleh sebagian besar pendapatannya dari Asia dan Afrika. Laba sebelum pajak sebesar US$ 4,38 miliar untuk enam bulan pertama tahun 2025. Angka ini naik dari US$ 3,49 miliar pada periode yang sama tahun lalu, dan melampaui proyeksi rata-rata 15 analis sebesar US$ 3,83 miliar.
Selain itu, StanChart mengumumkan program pembelian kembali saham (share buyback) senilai US$ 1,3 miliar yang akan segera dimulai.
sBaca Juga: Diduga Terlibat Kasus 1MDB, Standard Chartered Hadapi Gugatan Hukum US$ 2,7 Miliar
Meski mencatat hasil yang kuat, StanChart memilih untuk tidak mengubah secara signifikan target kinerja utamanya. Bank tersebut tetap berhati-hati terhadap dampak lanjutan dari perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump terhadap perekonomian global.
Bank yang fokus pada pasar negara berkembang ini hanya sedikit menaikkan proyeksi pendapatannya untuk tahun ini. Kini Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan pendapatan akan berada di batas bawah kisaran 5%–7%, dibandingkan sebelumnya yang diperkirakan di bawah kisaran tersebut.
Berbeda dengan saingannya HSBC yang baru-baru ini terdampak kerugian miliaran dolar terkait penurunan nilai aset di China, StanChart tampaknya berhasil menghindari tekanan serupa. Bank ini hanya melaporkan biaya penurunan nilai (impairment charge) sebesar US$ 336 juta pada semester pertama, yang sebagian besar berasal dari divisi perbankan ritel dan manajemen kekayaan.