Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - HANGZHO. Alibaba Group Holding Limited mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 1,16 miliar atau sekitar Rp 16,7 triliun (dengan asumsi kursi Rp 14.300) sepanjang kuartal I tahun 2021 atau kuartal IV tahun fiskal 2021.
Kerugian ini sebagian besar akibat denda anti monopoli yang dikenakan pemerintah China ke perusahaan milik Jack Ma sebesar US$ 2,8 miliar.
Seandainya tidak ada denda tersebut dan beberapa faktor lain, Alibaba masih mengantongi laba bersih sebesar US$ 4 miliar di tiga bulan pertama tahun ini atau meningkat 18% secara year on year (YoY). Pasalnya, pendapatan perusahaan konglomerasi ini masih tumbuh signifikan hingga 64% YoY menjadi US$ 28,6 miliar. Bahkan tanpa menghitung konsolidasi dari Sun Art yang diakuisisi tahun lalu, pendapatannya masih meningkat 40% YoY ke US$ 24,4 miliar.
Alhasil sepanjang 12 bulan tahun fiskal 2021, Alibaba Group hanya berhasil membukukan laba bersih US$ 21,86 miliar. Total pendapatan perusahaan pada periode tersebut mencapai US$ 109,408 miliar atau meningkat 41% YoY.
Baca Juga: Gojek dan Tokopedia resmi merger, simak rencana bisnis Grup GoTo
Pendapatan operasi Alibaba selama tahun fiskal 2021 turun 2% YoY ke US$ 13,68 miliar akibat denda anti monopoli serta peningkatan sebesar RMB 16,054 miliar dalam kompensasi berbasis saham terkait Ant Group yang diberikan kepada karyawan. Jika mengesampingkan dua faktor itu, pendapatan bersih Alibaba seharusnya masih bisa tumbuh 30% YoY menjadi 26,250 miliar.
Jumlah konsumen aktif tahunan untuk Ekosistem Alibaba mencapai tongggak sejarah baru, yakni 1 miliar konsumen, termasuk 891 juta konsumen dari seluruh marketplace ritel Tiongkok, platform Layanan Konsumen Lokal dan media digital dan hiburan, serta 240 juta konsumen di luar Tiongkok.
Jumlah konsumen aktif tahunan marketplace Alibaba di Tiongkok mencapai 811 juta, meningkat 85 juta dari periode 12 bulan yang berakhir 31 Maret 2020.
Sementara Jumlah konsumen aktif bulanan di mobile (Mobile MAU) marketplace Alibaba di Tiongkok mencapai 925 juta pada Maret 2021,meningkat 79 juta dari Maret 2020.
Baca Juga: Gojek dan Tokopedia Merger, ini pembagian kursi kepemimpinannya
Total transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) di ekosistem Alibaba sepanajng tahun tersebut mencapai US$ 1,23 triliun. Sebagian besar berasal dari GMV marketplace ritel Tiongkok yang mencapai US$ 1,14 triliun. Sisanya dari GMV marketplace ritel internasional dan layanan konsumen lokal.
Daniel Zhang, Chairman and Chief Executive Officer of Alibaba Group mengatakan, secara umum bisnis Alibaba Group telah mengalami pertumbuhan yang kuat dengan fondasi yang solid dimana ekosistem e-commerce Alibaba berhasil mencatatkan tota transaksi atau GMV senilai US$ 1,2 triliun pada tahun fiskal 2021.
"Pencapaian ini didorong dari proposisi nilai yang kami tawarkan kepada konsumen dan merchant kami. Kami selalu antusias menyambut pertumbuhan ekonomi konsumsi Tiongkok, yang didukung oleh percepatan digitalisasi pada segala aspek kehidupan dan pekerjaan. Kami akan terus fokus pada peningkatan pengalaman konsumen dan penciptaan nilai melalui inovasi, selaras dengan tujuan untuk mewujudkan misi kami, yakni memberi kemudahan untuk berbisnis di mana saja di era digital.” kata Zhang dalam keterangan resminya, Senin (17/5).
Dia menambahkan, tanpa memperhitungkan akuisisi Sun Art, pendapatan yang diraih Alibaba sepanjang tahun tersebut sudah melampaui target perusahaan dengan pertumbuhan pendapatan organik sebesar 32%.
Baca Juga: Ini kesiapan grup konglomerasi memasuki industri bank digital
Maggie Wu, Chief Financial Officer Alibaba Group mengatakan pencapaian ini didorong oleh kinerja kuat dari bisnis perdagangan utama Alibaba serta pertumbuhan berkelanjutan dari Alibaba Cloud. "Kami mencatatkan pertumbuhan 25% YoY pada EBITDA yang disesuaikan dan kami turut memperbanyak investasi pada area bisnis baru dan pertumbuhan strategis,” ujarnya.
Alibaba menargetkan bisa menghasilkan pendapatan sebesar RMB 930 miliar pada tahun fiskal 2022. Dengan mempertimbangkan potensi pasar serta kapabilitas dalam menghasilkan profit dan arus kas, lanjut Maggie Wu, Alibaba berencana untuk menggunakan seluruh profit tambahan dan modal tambahan pada tahun fiskal 2022 untuk mendukung para merchant, serta berinvestasi pada bisnis baru dan area strategis utama perusahaan yang dapat membantu meningkatkan consumer wallet share dan menembus pasar baru.