kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dilema China dalam konflik panas Amerika Serikat versus Iran


Selasa, 07 Januari 2020 / 15:11 WIB
Dilema China dalam konflik panas Amerika Serikat versus Iran
ILUSTRASI. Prosesi pemakaman komandan militer Iran Qassem Soleimani dalam serangan udara Amerika Serikat (AS).


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tak seperti musuh Amerika Serikat (AS) lain, China memilih berhati-hati memberi komentar soal tewasnya komandan militer Iran Qassem Soleimani  dalam serangan udara Amerika Serikat (AS).

Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan China "sangat prihatin" dengan tindakan itu dan menyebutnya "tidak dapat diterima,".

Ia tidak menggunakan kata-kata seperti "mengutuk" atau "mencela" seperti rekan-rekannya dari Iran dan Rusia.

Seperti dilansir Bloomberg, Wang mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif bahwa China akan "memainkan peran konstruktif" untuk membantu menjaga keamanan regional.

Baca Juga: Iran disebut berada di jalur pembuatan senjata nuklir, apa komentar Israel?

Dalam percakapan via telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Wang  mengatakan semua pihak harus menegakkan hukum internasional.

Tanggapan Beijing yang lunak soal pembunuhan terhadap Soleimani ini menunjukkan bahwa Tiongkok masih belum siap untuk bergabung dengan Rusia dalam mengambil peran yang lebih langsung dalam konflik yang mengakar di Timur Tengah.

Komentar itu konsisten dengan upaya Tiongkok di masa lalu untuk menghindari komitmen di wilayah yang mereka bisa berbenturan dengan AS dan sekutunya.

China sejauh ini tidak berbuat banyak untuk menangkal upaya Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan tekanan pada Iran, selain membela kesepakatan nuklir Iran dan mengkritik sanksi sepihak AS.

Baca Juga: Jenderal Iran dibunuh, Mahathir: Muslim harus bersatu




TERBARU

[X]
×