Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu lebih dari 30 kali sejak 2013. Xi menyebut rekannya dari Rusia itu kolega asing paling dekat.
Sedangkan Putin mengatakan Rusia-China kerjasama mencapai tingkat tinggi yang pernah terjadi sebelumnya.
Namun, mereka tidak mungkin untuk bergabung dalam konflik Timur Tengah. Meskipun para pejabat Cina telah berulang kali mengecam tindakan AS terhadap kepentingan perdagangan dan keamanannya sendiri, mereka telah memilih tanggapan yang lebih lunak terhadap perselisihan AS dengan mitra diplomatik China.
Baca Juga: Siang hari, harga emas terkoreksi seiring meredanya ketegangan geopolitik AS-Iran
Ian Bremmer, Presiden dan pendiri Grup Eurasia mengatakan kepada Bloomberg Television pada Senin (6/1), China memiliki tujuan berbeda dari Rusia di Timur Tengah. "Rusia sebenarnya menginginkan kekacauan. Tapi China menginginkan stabilitas,” kata Bremmer.
Cina telah secara dramatis mengurangi pembelian minyak Iran sejak AS mengakhiri keringanan sanksi tahun lalu. China hanya mengimpor kurang dari 548.000 ton minyak mentah pada November 2019 dibandingkan dengan lebih dari 3 juta ton pada April 2019.
China tetap menjadi pembeli minyak terbesar Iran. Namun China membeli minyak lima kali lebih banyak dari Arab Saudi dalam 11 bulan pertama tahun lalu.
Tidak jelas apa yang diperlukan untuk China untuk mengambil peran yang lebih tegas di Timur Tengah. Bulan lalu, China menjamu Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif di Beijing. China juga berpartisipasi dalam latihan bersama angkatan laut dengan Iran dan Rusia di Samudera Hindia dan Teluk Oman.
Baca Juga: Hubungan memanas, AS tolak visa Menlu Iran untuk hadiri acara PBB di New York