Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) mempertahankan kenaikan tajamnya pada Jumat (26/92025). Setelah data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan meredam ekspektasi pelonggaran lanjutan oleh The Fed tahun ini.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama, naik 0,6% pada sesi sebelumnya setelah data pertumbuhan ekonomi, klaim pengangguran, pesanan barang tahan lama, dan persediaan grosir AS melampaui proyeksi pasar.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.775 Per Dolar AS Hari Ini (26/9), Mayoritas Asia Turun
Sementara itu, yen melemah ke level terendah delapan pekan menyusul pengumuman tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump.
Kini perhatian investor beralih ke rilis data belanja konsumen AS pada Jumat untuk melihat seberapa mendesak kebutuhan stimulus tambahan dari The Fed.
“Pasar mulai menyesuaikan proyeksi, terlihat dari berkurangnya basis poin pada perkiraan pemangkasan suku bunga,” kata Gavin Friend, Senior Markets Strategist di National Australia Bank.
“Dengan data sekuat kemarin, wajar saja jika pasar bertanya: apa urgensinya?”
Indeks dolar tercatat stabil di level 98,473, mendekati titik tertinggi tiga pekan dan menuju kenaikan mingguan 0,8%.
Baca Juga: Tekanan pada Rupiah Terpicu Arus Keluar Dana Asing
Greenback diperdagangkan flat di 149,81 yen, mendekati level psikologis 150 untuk pertama kali sejak 1 Agustus. Sedangkan euro berada di US$1,1665 setelah anjlok 0,6% pada Kamis.
Pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada Oktober mencapai 87,7%, turun dari 90%-92% pada hari Rabu.
Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 3,8% pada kuartal II-2025, direvisi naik dari estimasi awal 3,3%. Para ekonom sebelumnya tidak memperkirakan adanya revisi.
Data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi favorit The Fed, diperkirakan naik 0,3% secara bulanan pada Agustus dan 2,7% secara tahunan.
“Dengan kekhawatiran The Fed terhadap inflasi yang masih tinggi, laporan ini akan memberi keyakinan tambahan,” kata Bansi Madhavani, Senior Economist ANZ.
Baca Juga: Bank Eropa Siapkan Stablecoin Euro untuk Saingi Dominasi Dolar AS
Dari Jepang, data menunjukkan inflasi inti di Tokyo pada September tetap jauh di atas target 2% Bank of Japan, menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Di sisi lain, saat pasar sempat merasa lega setelah beberapa kesepakatan dagang bilateral meredakan kekhawatiran tarif, Trump justru mengumumkan gelombang baru bea impor. Kebijakan tersebut mencakup tarif 100% untuk obat bermerek, 25% untuk truk berat, dan 50% untuk kabinet dapur.