Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Jumat (25/4), membalikkan pelemahan hari sebelumnya.
Kenaikan ini didorong oleh laporan media yang menyebutkan bahwa China tengah mempertimbangkan pembebasan tarif untuk sejumlah barang asal AS.
Kabar ini memunculkan harapan akan meredanya ketegangan dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Baca Juga: Saham Taipei dan Manila Pimpin Reli Bursa Asia Jumat (25/4), Rupiah Ikut Menguat
Sepanjang pekan ini, dolar mengalami volatilitas tajam, seiring sinyal-sinyal yang saling bertentangan terkait potensi pencairan hubungan dagang antara Washington dan Beijing.
Pada Selasa lalu, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa pembicaraan dagang langsung tengah berlangsung. Namun, pernyataan itu segera dibantah oleh pemerintah China.
"Pasar saat ini sangat reaktif terhadap berita utama," ujar Bart Wakabayashi, Kepala Cabang State Street di Tokyo.
"Jika ada indikasi bahwa tarif akan dicabut, posisi yang sebelumnya dibentuk karena perang dagang kemungkinan besar akan dibongkar kembali."
Menurut Bloomberg News, China tengah mempertimbangkan untuk menangguhkan tarif tambahan hingga 125% terhadap peralatan medis dan sejumlah bahan kimia industri asal AS.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat ke Rp 16.816 per Dolar AS pada Jumat (25/4) Pagi
Pada Jumat pagi, dolar naik 0,7% terhadap yen Jepang ke level 143,665. Dolar juga menguat 0,6% terhadap franc Swiss ke level 0,8318.
Sementara itu, euro melemah 0,5% ke level US$1,1327, dan poundsterling Inggris turun 0,4% ke US$1,3287.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, naik 0,4% ke level 99,792.
Sebelumnya, dolar sempat melemah tajam awal pekan ini setelah Trump mengancam akan memecat Ketua The Fed Jerome Powell karena dinilai lambat menurunkan suku bunga.
Namun, dolar pulih setelah Trump kemudian menyatakan tidak pernah berniat mengganti Powell.
Kenaikan dolar pada Jumat ini menempatkan indeks dolar menuju kenaikan mingguan sebesar 0,6%, yang jika tercapai akan mengakhiri tren penurunan empat pekan berturut-turut.
Baca Juga: Negosiasi Tarif Trump, Indonesia-AS Sepakat Bentuk Working Group di 5 Sektor Khusus
Penurunan tersebut sebelumnya dipicu kekhawatiran bahwa tarif dapat menyeret ekonomi AS ke jurang resesi dan merosotnya kepercayaan investor terhadap aset-aset AS akibat kebijakan Trump yang berubah-ubah.
Sementara itu, Washington disebut telah membuat kemajuan awal dalam negosiasi perdagangan dengan Korea Selatan dan Jepang.
Delegasi Korea Selatan mengatakan kedua negara menargetkan menyusun paket perdagangan sebelum masa penangguhan tarif berakhir pada Juli.
Menteri Keuangan Jepang, setelah bertemu Menteri Keuangan AS Scott Bessent, mengatakan tidak ada pembahasan mengenai target nilai tukar. Sebelumnya, Trump menuduh Tokyo melemahkan yen untuk mendorong ekspor.
Menteri Ekonomi Jepang, Ryosei Akazawa, dijadwalkan melanjutkan putaran kedua negosiasi perdagangan dengan Bessent pada pekan depan.
Analis Mizuho dalam catatannya menulis, “Jika pasar melihat bahwa pemangkasan tarif sudah dekat, hal ini bisa berdampak positif terhadap negosiasi dagang dengan negara lain, meredakan sentimen risk-off dan menahan aksi jual aset-aset AS—mendorong dolar kembali ke level 145 yen.”
Namun, jika negosiasi dengan Jepang saja terasa sulit, “maka bisa dibayangkan bagaimana peliknya proses dengan China.”
Baca Juga: Bursa Saham Asia Pasifik Dibuka Menguat Didukung Sentimen Positif dari Wall Street
Di sisi lain, Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda menegaskan kembali komitmen BOJ untuk menaikkan suku bunga jika inflasi inti mendekati target 2%. Namun ia juga memperingatkan bahwa dampak dari tarif AS masih perlu dicermati.
Data terbaru menunjukkan inflasi inti di Tokyo meningkat 3,4% secara tahunan pada April, naik dua bulan berturut-turut.
Rapat BOJ dijadwalkan berlangsung pada 30 April - 1 Mei dan diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan moneternya.
Sementara itu, harga Bitcoin relatif stabil di kisaran US$93.200, masih bertahan di bawah level tertinggi Rabu lalu di US$94.489,92—level tertinggi sejak 3 Maret.