Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) stabil pada perdagangan Selasa (14/10/2025) setelah Presiden AS Donald Trump melunakkan retorikanya terkait tarif impor terhadap China.
Pernyataan Trump yang lebih bersahabat serta rencana pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping memunculkan harapan akan meredanya ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu.
Baca Juga: Bongkar Pasang Kebijakan Demi Bawa Pulang Dolar
Pasar valuta asing bergerak lebih tenang di awal perdagangan Asia setelah sesi perdagangan yang bergejolak pada Jumat pekan lalu.
Saat itu, Trump secara mendadak mengumumkan tambahan tarif hingga 100% terhadap ekspor China ke AS, namun kemudian mengeluarkan pernyataan yang lebih lunak selama akhir pekan.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Senin (13/10) mengatakan bahwa Trump tetap dijadwalkan bertemu Xi Jinping di Korea Selatan pada akhir Oktober. Kabar ini menjadi katalis positif bagi dolar yang kembali mendapat tenaga.
Indeks dolar AS tercatat naik tipis 0,04% ke posisi 99,34. Penguatan dolar menahan laju euro di bawah level US$1,16 dan terakhir diperdagangkan di US$1,1566.
Baca Juga: Indeks Dolar AS Berbalik Arah Menguat, Cermati Sentimennya
Sementara poundsterling melemah 0,06% ke US$1,3328, dan dolar Selandia Baru turun ke posisi terendah enam bulan di US$0,57145.
“Ada keinginan bersama untuk mencari jalan keluar dan mencegah hubungan bilateral benar-benar memburuk, karena baik AS maupun China sama-sama sadar mereka tidak bisa mengabaikan pengaruh satu sama lain,” ujar Homin Lee, Senior Macro Strategist di Lombard Odier.
Lee menilai bahwa peningkatan ketegangan tanpa arah penyelesaian justru akan merugikan kedua belah pihak.
Karena itu, menurutnya, kedua negara kemungkinan akan berupaya mencapai “off-ramp” atau jalur penurunan eskalasi.
Di Asia, dolar Australia nyaris tak bergerak di US$0,6516, sementara yen Jepang melemah sekitar 0,2% ke 152,57 per dolar.
Pasar Jepang baru kembali dibuka setelah libur panjang, di tengah ketidakpastian politik domestik.
Upaya Sanae Takaichi untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang diragukan setelah partai koalisi kecil keluar dari pemerintahan pada Jumat lalu.
Kondisi ini sempat menghentikan pelemahan yen yang tajam, namun mata uang Jepang masih berada di dekat posisi terendah delapan bulan.
Baca Juga: Rupiah Diramal Masih Loyo pada Selasa (14/10), Cermati Sentimennya
“Jika melihat selisih suku bunga antara AS dan Jepang yang seharusnya menjadi penggerak utama nilai tukar, kurs dolar/yen tidak seharusnya berada di level 152. Saya memperkirakan tren ini akan segera berbalik,” kata Nigel Foo, Head of Asian Fixed Income di First Sentier Investors.
Sementara itu, pasar aset kripto masih tertekan. Bitcoin turun 0,36% ke US$115.380, setelah pekan lalu sempat anjlok lebih dari 6% akibat pelemahan sentimen risiko. Ether juga terkoreksi 0,77% ke US$4.256.
Analis mencatat, pasar kripto pada Jumat lalu mencatat likuidasi lebih dari US$19 miliar posisi leverage, seiring meningkatnya aksi jual panik dan minimnya likuiditas yang memicu pergerakan tajam.