kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.407   55,00   0,34%
  • IDX 7.008   -99,87   -1,41%
  • KOMPAS100 1.017   -18,70   -1,80%
  • LQ45 779   -13,46   -1,70%
  • ISSI 229   -2,76   -1,20%
  • IDX30 404   -8,03   -1,95%
  • IDXHIDIV20 474   -8,93   -1,85%
  • IDX80 114   -2,04   -1,75%
  • IDXV30 116   -2,17   -1,83%
  • IDXQ30 130   -2,17   -1,64%

Dorothea Steinbruch: Mengajari anak cara membangun reputasi bisnis (4)


Senin, 27 Juni 2011 / 07:38 WIB
Dorothea Steinbruch: Mengajari anak cara membangun reputasi bisnis (4)
ILUSTRASI. Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati penanda batas Kota London, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di London, Inggris, 24 Agustus 2020.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Catur Ari

Keluarga Steinbruch berhasil menjadi keluarga kaya raya berkat bisnis-bisnis yang dikuasai CSN dan Vicunha. Tak hanya menjadi pebisnis tangan dingin, ia juga berhasil mendidik anak-anaknya dengan baik. Ia mengajarkan kepada mereka mengenai tanggung jawab dan tak memanjakan mereka. Ia juga mengajarkan cara membangun reputasi bagus di bisnis.

Dorothea Steinbruch adalah pengusaha sekaligus ibu yang cakap dalam mendidik anak-anak. Tak hanya mengantarkan mereka masuk dunia bisnis, ia juga mengajarkan cara berbisnis yang baik. Dengan pendidikan tersebut, anak lelaki tertua yaitu Benjamin Steinburch menjadi salah satu pebisnis bertangan dingin.

Ia juga tidak pernah memanjakan anak-anaknya. Meski tetap memberikan sokongan, Dorothea tidak memberikan perlakuan istimewa kepada anggota keluarga yang menjadi bagian dari bisnisnya. Ia juga tidak memperlakukan mereka seperti anak bos.

Menurutnya, anak-anak harus diajari membangun reputasi sendiri, termasuk menjaga nama baik keluarga. Oleh karena itu, dia telah menanamkan tanggung jawab dan bagaimana menjadi pemimpin sejak kecil. Dengan prinsip tersebut, ia tidak memberi jabatan strategis pada Benjamin saat pertama masuk Companhia Siderúrgica Nacional (CSN).

Saat itu, dia hanya memberikan pekerjaan urusan administrasi bagi Benjamin. Padahal, sebelumnya, Benjamin telah memulai usaha sendiri di bidang telekomunikasi, tekstil dan perbankan. Benjamin baru mendapat jabatan strategis tahun 1993, saat ia berhasil membeli saham CSN dengan uangnya sendiri.

Pembelian itu meningkatkan kepemilikan saham keluarga Steinbruch di CSN menjadi 91%. Sisa saham dimiliki pemerintah daerah setempat.

Peningkatan kepemilikan saham itu membuat Dorothea leluasa memperluas kegiatan CSN di sektor infrastruktur. Ia juga menggenjot produksi baja sehingga mencapai rekor 100 juta ton dalam setahun. Dengan keberhasilan itu, pamor CSN menanjak, apalagi didukung oleh reputasi Dorothea sebagai wanita pebisnis bertangan dingin. Pada tahun 2000, ia berhasil membangun pembangkit listrik tenaga air di Santa Catarina. Ini membuat CSN mandiri atas energinya.

Dorothea tak melupakan keluarga besar mendiang suami. Ia melibatkan mereka mengurus Vicunha Group. Bersama kakak iparnya, Eliezer Steinbruch yang juga seorang miliarder, mereka bekerja sama membesarkan Elizabeth Textile yang memproduksi kain tenun.

Duet kakak dan adik ipar ini juga membuat Vicunha Tekstil Group berhasil menjadi perusahaan tekstil terbesar ke-2 di Brasil dengan 8.000 karyawan.

Pabriknya tersebar di Brasil, Ekuador, Argentina dan Eropa. Dengan pasar hingga ke-80 negara, Vicunha menjadi sponsor acara fesyen dunia seperti Première Visi, Munich Fair, Shanghai dan Intertextile Colombiatex.

Namun, masalah ekonomi yang melanda Brasil awal tahun 2001 memaksa Dorothea menjual saham Vicunha ke keluarga Rabinovich. Produksi kain Vicunha merosot sehingga perlu ada pengabungan dengan perusahaan milik keluarga Rabinovich. Untuk bisa kembali bangkit, Dorothea bersama kedua saudara dari almarhum suami yakni Eliezer dan Ricardo mereorganisasi Vicunha.

Mereka membagi Vicunha dengan 4 divisi tekstil. Masing-masing divisi berkonsentrasi pada hal berbeda, seperti pembuatan benang rajutan, bahan serat kain, pakaian dan jin. Secara bertahap, Vicunha mengubah konsentrasi dari segmen kapas ke produksi kain dan celana jins.

Dengan teknologi modern, Vicunha berhasil memproduksi 3.000 ton kain per bulan. Ketersedian serat dan kain inilah yang membuat Vicunha kembali dilirik rumah mode terkenal dunia seperti Calvin Klein, DKNY, Diesel, Gap, Tommy Hilfiger hingga Guess.

Setelah lima tahun, Vicunha kembali menjadi perusahaan tekstil terbesar di Brasil dengan pendapatan R$ 965 juta dan keuntungan bersih R$ 69,5 juta.

(Selesai)




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×